Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mati Suri

7 Maret 2017   00:59 Diperbarui: 7 Maret 2017   10:00 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bersama angin yang berhembus pelan, remang-remang kabut muncul dari keheningan.

Tak menjelma bidadari, tak menjelma malaikat.

Percikkan cahaya kunang-kunang di balik kehampaan ilalang mengecohkan penglihatanku yang semakin buram.

Dan kini ku rasa tubuhku terbakar sinar bulan, panas, gesang.

Rokok yang ku hisap tak lagi muntahkan asap, baranya yang merah membakar sajak-sajakku dalam gelap.

Sulit sekali ku cerna gerimis yang jatuh saat ini yang beberapa waktu lalu terasa manis.

Dan tanpa payung meneduhi raga, aku berjalan sendiri menuju lorong yang di penuhi dengan angka-angka jarum jam.

Bergerak cepat namun tak searah mereka saling berbenturan.

Wangi-wangi rindu tak tercium, dupa-dupa cinta tergolek tanpa bara, mahligai dunia terlihat bagai tirai-tirai kusam.

Tanpa nafas, tanpa suara, tanpa kata-kata dan tak ada kehendakku kecuali kehendakNya.

Aku tak lagi mempunyai telinga, aku tak lagi mempunyai mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun