Pedagang-pedagang kecil di atas trotoar. Karyawan-karyawan berdasi dan buruh harian.
Mereka hidup berdampingan bersama-sama menyebrangi jalan menuju kemapanan. Di Jakarta. Di tubuhmu yang semakin renta.Â
Meski begitu masih ada gang-gang sempit dengan lagu-lagu dangdut serta anggur merah di gelas plastik transparan.
Yang selalu membawa diriku kepada nostalgia yang hangat dan nyaman.
Jakarta!
Dirimu saksi sejarah ceceran darah. Anak-anak bangsa yang dulu ingin merdeka.
Pahlawan-pahlawanmu telah istirahat di sini. Di dalam tubuhmu yang penuh debu dan bising setiap hari.
Jakarta sahabat bagi siapa saja. Teman hidup yang setia.
Meski mereka selalu bilang.
Siapa suruh datang Jakarta, siapa suruh datang Jakarta.
Tak ada yang menyuruh kalian datang ke sini.