Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Tak Pernah Sampai

20 Agustus 2021   14:25 Diperbarui: 20 Agustus 2021   14:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dirimu tersimpan rindu meski gemetar melarung, tersungkur, jatuh, melenguh, mendesah, menjilat sebagian tubuhmu yang berkeringat merah, serupa darah, serupa senja merekah, bunga ronce mengembang resah.

Ingin ku sudahi belenggu, menikahimu, mengawini hidupmu yang semrawut, bau kencur, bau asam di tubuhmu serupa dupa di malam jumat pertama ketika tanggal perawanmu di jam dua. 

Lepaskanlah, jangan tergesa, waktu masih jauh tersisa untuk sekedar memendam cinta. Apakah ada lelaki lain dalam hatimu yang keras itu?

Marah, gelisah, duka mu mengembara menuju rahasia atas segala impian yang terpendam lama. 

Gatal di jari tanganmu hingga nafsumu kian membiru membuncah di tahun yang terus memanjangkan umurmu, umurku, umur hubungan ini yang tak menentu, tak lagi muda, telah begitu lama.

Adakah lelaki lain di dalam kepalamu yang keras itu?

Sungguh pernah aku berpikir mengeluarkan isi kepalamu yang keras itu, sementara pekerjaan rumahmu seperti seorang istri beranak empat dan katamu penat juga hidup ini tanpa malam di setubuhi doa-doa yang penuh keringat, atas ranjang yang telah di gelari sajadah ibadah.

Kemanakah perginya lelaki yang dulu pernah berjanji setia?

Aku datang memang percuma tetapi sayang telah lama tersimpan di sepasang dinding dadamu yang kerap bergetar ketika datang keinginanmu dan kita diam-diam bercumbu dengan suara hujan dan halilintar. Basah semua perasaan menggenang di jalan datar.

Dan sekarang katamu, lepaskan, lepaskanlah aku sekarang, sebelum jauh tenggelam ke dalam lautan penuh gelombang, sementara aku mencoba menjauh dari segala ihwal pertemuan meninggalkanmu telanjang sendirian.

Apakah ada lelaki lain yang begitu setia kepadamu selain aku, mengetahui segala hidupmu, sisi batinmu, warna pelangimu bahkan seluruh isi tubuhmu yang merah hitam itu.

Baiklah aku pergi, aku akan mencari dirimu di tempat yang lain, di dalam kamar mandimu mungkin atau pada lembar foto masa kecilmu ketika aku sama sekali tak mengenalmu. 

Dan sungguh akan ku ingat selalu dirimu, bulan lahirmu, detak jangtungmu, akan ku tabur bunga sebagai pemikat mantra agar kau secepatnya pergi dariku.

Hubungan ini akan selalu menjadi mendung bahkan menjadi badai yang menghempas kita jauh terhuyung.

Handy Pranowo

20082021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun