Sebab minggu yang lalu katamu bau ketiakku mirip dengan bau hidupku yang blangsak, busuk, penuh penderitaan.
Dan kemudian bersiul-siul mulutku saat masuk supermarket, mengingat kau janji akan berpakaian lebih manis dan modis.
Maka di dalam hatiku berkata "obat ketiak, obat ketiak, mana yang cocok, mana yang pas, murah meriah bikin suasana kencan segar bernafas".
Selepas narik, segeralah aku mandi dengan sabun cair yang jarang aku beli, biasanya sabun batangan yang kalau belum tipis belum aku ganti.
Bernyanyilah purnama di tanggal lima belas dan ku harap kau sudi membalas cintaku yang panas.
Obat ketiak telah ku pakai setelah mandi, berdecak kagum cicak-cicak di dinding dan laron-laron terbang menyemarakkan wangi ketiakku yang mengembang.
Hanya seekor tikus diam menatapku lalu kembali sembunyi di balik plafon sambil berdenyit berisik memberi tahu teman-temanya.
"Supir angkot hendak kencan, supir angkot hendak kencan, ia pake deodoran, tetap saja bau keringat, bau oli, bau kopling kepanasan".
"Ah dasar tikus, tak senang lihat orang bahagia hendak kencan".
 Â
Lalu bertemulah kami di simpang jalan dekat pasar, amboi cantiknya dirimu tak juga aku kenal, cukup pangling bila tak kayuh sepeda kumbang saat jualan keliling.