Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Absurd

27 Februari 2019   23:58 Diperbarui: 28 Februari 2019   00:40 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada yang terhimpun dalam semesta hatiku langit malam dan bintang-bintang biru. Kenangan kenangan berjejal dalam lingkup kalbu bagai debu-debu kosmik bertebaran di kamar hingga menempel di sela sela tumpukan buku.

Aku ingin merangkai puisi dari cahaya bulan, aku ingin mencipta lagu dari kehangatan angin malam, aku ingin berdialog dengan bintang-bintang tentang jalan yang pernah menuntun para ilmuwan ke planet masa depan.

Namun aku terlalu naif untuk semua itu, radar di otakku tak mampu menembus gelombang elektromagnetik, aku terlalu memikirkan kegalauan malaikat ketika Adam pertama kali tercipta. Atau aku terlalu percaya pada teori Darwin tentang asal usul manusia.

Lalu aku memutuskan untuk diam saja menunggu komet jatuh dengan ekor serigala dan sementara di sana roket meluncur membawa monyet ke luar angkasa. Aku masih di sini tanpa menulis sajak, tanpa mencipta lagu. Nyatanya aku terlalu sibuk dengan rencana-rencana hingga waktu membunuhku tanpa bersuara.

Handy Pranowo

Srengseng 270219

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun