Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gastronomi dan Identitas Bangsa

10 September 2021   17:22 Diperbarui: 10 September 2021   17:27 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang tua mana yang tidak risau jika memiliki tiga anak yang justru lebih paham sejarah dinasti Edo daripada sejarah Majapahit? Bagaimana tidak risau, memiliki 3 putri yang jauh lebih menguasai budaya dan lebih mampu menulis dengan hiragana, katakana dan kanji daripada huruf hanacaraka? Ketiga putri saya juga lebih hafal lagu-lagu Jepang daripada lagu-lagu nasional. Bahkan ketiga putri saya bisa membuat sushi tapi tidak paham atau tepatnya tidak bersedia paham bagaimana membuat gudeg Yogya atau masakah khas nusantara lainnya. Dari gastro merambah menguasai semua sendi identitas. Setidaknya itulah yang saya rasakan sebagai seorang Ibu. 

Pertanyaannya, hambatan apa yang harus dirubuhkan untuk mampu membangun kecintaan generasi Z akan kuliner nusantara? Strategi branding apa yang paling jitu untuk mampu menumbuhkan kecintaan generasi Z akan kuliner nusantara?

Menurut Pakar Gastronomi Dr. Irwansyah adalah hal penting yang harus dilakukan adalah membuat story telling lewat berbagai macam media salah satunya sebagaimana dilakukan  lewat drama korea serta membangun ruang riset. 

Dengan demikian salah satu hal yang harus membuat academic storytelling untuk mengkaji gastronomi sebagai salah satu elemen membangun identitas bangsa untuk di generasi Z, membuat penelitian untuk memetakan keautentikan kuliner khas Indonesia termasuk kajian sejarahnya dan berbagai penelitian lainnya. Disamping itu perlu untuk membangun storytelling lewat berbagai media yang mampu menumbuhkan branding terhadap kuliner nusantara khususnya dengan pesan yang sesuai dengan setiap target misalnya untuk menumbuhkan kecintaan akan identitas Indonesia bagi generasi muda lewat kuliner nusantara, maka harus mampu membangun pesan yang sesuai dan mampu membangun story telling yang mengena.

Gastronomi dan identitas bangsa tidak dapat dipandang sebelah mata. Bagaimana ramen asli Jepang akhirnya menjadi "milik" Korea tentu tidak ingin kasus itu terjadi pada Rendang Padang yang khawatirnya menjadi Rendang Malaysia misalnya.

Tentu saja ini menjadi proses panjang yang tidak akan pernah berhenti untuk membangun kebangaan berbangsa Indonesia dari hal yang merupakan bagian dari hidup kita sehari-hari yaitu dari "perut". Gastronomi merupakan bagian dari elemen identitas bangsa, semoga ke depannya semua pihak saling bergandeng tangan, dari akademis membangun academic storytelling.

Meminjam pendapat Pemerhati Komunikasi Korporat, Komunikasi Pemasaran dan Branding  Dr. Hifni Alifahmi, Msi, IAPR, hal terpenting lainnya yang harus segera dilakukan adalah membangun gastro authenticity, gastro brand arsitektur membuat cluster-cluster "Soto" mulai dari Soto Padang, Soto Semarang, Soto Lamongan, Soto Banyumasan; "Nasi" Nasi kuning Menado, Nasi kuning Yasa asli Bali dan masih banyak nasi lainnya. PR berat bagi kita semua dan juga bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Ke depan, jika dalam drama Korea kita mengenal ada drama berjudul "Feast of The Gods"; " Let's Eat "; "Gourment"; "Oh My Ghostess" dan masih banyak judul lainnya dan selalu menyelipkan adegan makan ramen di setiap drama, akankah sinetron Indonesia akan mampu menjadi duta bagi "gastronomi" yang mampu membangun identitas ke-Indonesia-an? Atau misalnya mengidentifikasi kekhasan Sate Indonesia bila dibanding dengan saikoro - "sate" khas Jepang? Bagaimana autentifikasi nasi kuning Indonesia atau nasi kuning dalam bentuk Tumpeng yang biasanya selalu hadir dalam perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia bila dibandingkan dengan nasi lemak Malaysia? Masih banyak lagi PR yang harus bersama-sama kita kerjakan untuk membangun identitas bangsa dengan mengunakan gastronomi.

Tulisan ini terpantik dari Diskusi Peluncuran Buku "Gastronomi (Brand): Konsep dan Gagasan Awal yang ditulis oleh Dosen Tetap Ilmu Komunikasi UI Dr.Irwansyah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun