Pada September 2018 silam, setelah sekian belas tahun, akhirnya saya mengunjungi kembali Pinogu, kali ini bersama kawan-kawan.Â
Umumnya, terdapat dua jalur umum yang dilalui untuk ke Pinogu dari desa terdekatnya, yaitu Desa Tulabolo, ataupun sebaliknya.
Desa Tulabolo sendiri berada Kecamatan Suwawa Timur, masih di Kabupaten Bone Bolango. Desa ini sekitar 30 km dari Kota Gorontalo.
Jalur pertama merupakan jalur tradisional awal yaitu jalan setapak. Konon jalur ini juga pernah beberapa kali berubah. Namun setelah lebih dari 20 tahun, jalur setapak ini masih tetap, namun saat ini hanya sesekali dilalui oleh masyarakat, walaupun harus berjalan seharian menempuh lebih dari 20 km.
Jalur kedua merupakan jalur tua juga, tapi lebih muda dari jalur setapak. Lebih jauh, sekitar 40an km. Jalur tempat kuda-kuda dulu mengangkut aneka hasil bumi dan barang rumah tangga dari dan ke Pinogu.Â
Awal 2000an, kuda sudah mulai berkurang, diganti dengan ojek yang sesekali sudah hilir mudik melalui jalur tersebut.
Ketika kita berada di Pinogu, mungkin jika kita entah tiba-tiba berada di sana pakai sulap, kita tidak akan mengira bahwa permukiman tersebut sesungguhnya enclave di tengah hutan. Dengan luas dataran sekitar 3 ribuan hektar, hutan sebenarnya tampak hanya di kejauhan.
Di Pinogu, kita melihat permukiman dan aktivitas masyarakat seperti desa pada umumnya. Rumah rapi berbahan batu maupun kayu, tiang dan kabel listrik berjajar teratur. Perabot di rumah-rumah warga pun seperti biasa, termasuk sofa-sofa dan kulkas pun ada di banyak rumah.
Hanya satu yang hampir tidak pernah ada di sana, mobil.
Saya katakan hampir tidak pernah ada karena sesekali ada juga mobil masuk ke permukiman Pinogu ini, khususnya dalam tahun-tahun terakhir ini. Tidak lain ini karena tidak ada jalan mobil untuk sampai ke sini, kecuali mobil dengan kepentingan khusus.
Semua perabotan dan fasilitas desa, semua dibawa oleh para ojek.