Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyaksikan Mo'hangu, Tradisi Unik Memanen Ikan Khas Lembah Bada di Sulawesi Tengah

5 Desember 2021   22:10 Diperbarui: 6 Desember 2021   02:22 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah diguyur hujan semalaman di Desa Gintu, pagi ini terlihat cukup cerah di Lembah Bada. Kami sarapan mie goreng plus telur di warung makan Barokah, setelahnya bergegas menuju Desa Tuare, desa paling barat di Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, tempat kegiatan mo'hangu akan berlangsung beberapa saat lagi.

Sisa basah hujan semalam masih terlihat di pagi akhir November 2021 ini. Kami melintas jembatan panjang, membelah Sungai Lariang yang menggelora, sungai terbesar di Lembah Bada sekaligus terpanjang di Sulawesi. 

Sungai yang berhulu di pegunungan-pegunungan hijau dalam lanskap Lore Lindu di Sulawesi Tengah, kemudian alirannya bermuara sampai di Selat Sulawesi, Sulawesi Barat.

Lembah Bada dengan ketinggian 700--800 meter di atas permukaan laut, merupakan dataran tinggi yang berada di Kecamatan Lore Barat dan Lore Selatan, Kabupaten Poso. 

Lembah ini dikelilingi oleh hutan-hutan pegunungan Taman Nasional Lore Lindu di bagian utara dan barat serta hutan lindung di bagian selatan dan timur.

Baca juga: Berjumpa Loga di Bada

Dari Palu, Lembah Bada dapat ditempuh sekitar sepuluh jam perjalanan darat yang santai, dengan jarak tempuh lebih dari 300 kilometer. 

Perjalanan dari Palu dengan kondisi jalan yang cukup baik, dan akan melewati daerah-daerah yang cukup legendaris di Sulawesi Tengah, seperti Kota Poso dan Tentena. Dalam perjalanan, kita pun dapat melihat lanskap Danau Poso yang mempesona.

Dari Desa Gintu menuju Tuare, menggunakan mobil kami menyusuri jalan yang baik walaupun tidak beraspal mulus. 

Di kiri kami tampak Lariang coklat berbuih-buih menampung aliran deras sisa-sia air hujan semalam. Sedangkan di sebelah kanan, kebun-kebun coklat berseling dengan kebun campur. Sesekali tersembul latar hutan hijau berkabut nan megah, itulah kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun