Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Mengunjungi Lembah Napu nan Subur (Bagian 3-Situs megalitik)

29 Januari 2021   18:12 Diperbarui: 29 Januari 2021   18:21 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalamba Watunongko di lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)

Sejak awal, rekan fasilitator kami -- Sisi, mengingatkan kalau ke Watutau, cobalah lihat beberapa patung megalitik di sana. Terdapat beberapa yang mudah dikunjungi dan dilihat. Salah satunya, patung "Watutau" yang berada tepat di tengah permukiman, di halaman keluarga Malonta-Opo.

Di halaman depan rumah keluarga ini, terdapat dua buah batu yang cukup besar. Menurut keterangan dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, pada website Kemendikbud, patung pertama berwujud seperti manusia setinggi 1,25 meter. Terlihat wujud kepala dan badan tanpa kaki, walau dengan pahatan yang sudah tidak begitu jelas. Sedangkan sebongkah batu membulat di samping patung ini, setinggi kurang dari setengah meter, tidak terdapat keterangan dalam website tersebut.  Tidak terlihat pahatan ataupun bentuk yang menyerupai sesuatu pada batu kedua ini.

Patung Watutau di Desa Watutau, lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)
Patung Watutau di Desa Watutau, lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)

Sebenarnya, di belakang rumah keluarga ini masih ada satu batu atau patung, yang dinamai Watumolindo. "Artinya, saling berhadapan. Dahulu ada sepasang, tapi yang satu dicuri, kemudian satu yang tersisa dipindahkan lebih dekat ke desa", terang Lanus, fasilitator program kami sekaligus warga Desa Watutau. Tapi sialnya, yang satu tesisa ini pun saya tidak sempat melihat karena saya baru tahu setelah kami meninggalkan Watutau ini.

Dan ternyata, masih ada lagi tinggalan-tinggalan purbakala di Desa Watutau ini. Kami, ditemani Sisi dan Ida, sang fasilitator desa, pun menuju ke sana. Berkendaraan sekitar 15 kilometer dari pusat desa ke arah timur, melalui jalan poros Watutau -- Sanginora.

Sepanjang perjalanan, hampir hanya dihiasi padang ilalang, beberapa titik permukiman kecil, dan petak-petak hutan kecil. Walau demikian, jalan yang cukup baik, hanya sebagian yang agak sedikit rusak, menyebabkan perjalanan cukup nyaman dan lancar.

Tampak di satu titik perjalanan, gerbang dan tugu bertuliskan KTM Tampo Lore tegap berdiri di tengah hamparan ilalang. Hanya itu saja, tanpa bangunan lain. KTM adalah Kota Terpadu Mandiri. Area di sekitar bangunan yang berdiri sejak 2010an tersebut, awalnya untuk lokasi transmigrasi, namun sampai saat ini tidak terlihat realisasi program tersebut.

Setelah perjalanan hampir setengah jam, sampailah kami. Saya sedikit kaget ketika turun dari mobil kemudian melihat badan jalan tepat kami berhenti, penuh dengan tulisan. Vandalisme. Ketika menengok ke arah bukit di sebelah kanan jalan, sekitar 15 meter dari jalan, tampak sebuah papan nama terpampang dengan tulisan: SITUS MEGALITIK WATUNONGO.

Hamparan batu-batu dalam Situs Megalitik Watunongko di tengah padang ilalang lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)
Hamparan batu-batu dalam Situs Megalitik Watunongko di tengah padang ilalang lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)

Jalan menanjak sekitar 30 meter dari jalan. Kanan kiri ilalang. Sebelum sampai puncak bukit, terlihat beberapa batu seperti terserak dalam hamparan sekitar 500 meter persegi, dan yang terbesar, itulah Watunongko.

Ternyata batu yang kami lihat ini, bukanlah sebuah patung. Namun semacam bak batu agak persegi, berisi air. Lebar dan panjang batu sekitar 1,5 meter dengan tinggi tidak mencapai satu meter. Ditengahnya memang terdapat cerukan yang berisi air. "Air ini, konon tidak pernah kering, walau saat kemarau", terang Sisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun