Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita Mengunjungi Lembah Napu nan Subur (Bagian 3-Situs megalitik)

29 Januari 2021   18:12 Diperbarui: 29 Januari 2021   18:21 1898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalamba Watunongko di lembah Napu, Sulawesi Tengah (foto: Hanom Bashari)

Di desa ini kami disambut hangat oleh Ketua Kelompok Pearo Jaya, Yahya Luwu, beserta anggotanya yang sementara sibuk membersihkan kembali kebun bibit mereka. Setelah sedikit bebincang, mau tidak mau, kami duduk sejenak, kembali menikmati kopi pagi yang kedua kali.

Proyek FP III telah bergiat melakukan penanaman dalam skema agroforestry di desa Watutau sejak 2019 lalu. Beberapa area penanaman awal telah menghijau. Kebun Pak Ilham salah satunya. Area yang kurang dari seperempat hektar di samping rumahnya ini, telah menerapkan prinsip-prinsip agroforestry dalam pengembangannya.

Pada 2019, Pak Ilham mulai membersihkan kebunnya yang semula alang-alang, sama seperti umumnya area lain di Watutau. Keanggotaannya dalam kelompok agroforestry FP III membuat dia mencoba untuk menerapkannya pengelolaan kebun dengan prinsip ini. "Tidak banyak yang yakin waktu ini, seperti apa sebenarnya agroforestry ini", terang pak Ilham. "Tapi saya tetap menjalankan arahan yang diberikan".

Kebun kurang dari seperempat hektar milik Pak Ilham. Dengan prinsip-prinsip agroforestry, Pak Ilham menanami kebunnya dengan perpaduan pohon leda, kemiri, dan kopi. (foto: Hanom Bashari)
Kebun kurang dari seperempat hektar milik Pak Ilham. Dengan prinsip-prinsip agroforestry, Pak Ilham menanami kebunnya dengan perpaduan pohon leda, kemiri, dan kopi. (foto: Hanom Bashari)

Kini lebih dari seratus pohon leda dan kemiri telah berdiri cukup besar. Dua atau tiga tahun lagi, kemiri Pak Ilham mulai menghasilkan buah. "Leda mungkin umur 8 sampai 10 tahun sudah bisa ditebang dan menghasilkan kayu. Kalau terlalu tua dan besar, pohon ini malah akan berlubang di tengahnya" jelas Pak Ilham.

Pada strata atau lapisan bawah ditanami oleh Pak Ilham dengan kopi arabica, bantuan Dinas Pertanian saat itu. Sedangkan di pinggir-pinggir kebun, dia pagari dengan nanas-nanas yang berjejer rapih.

Banyak masyarakat desa yang kini iri dengan penampakan kebun Pak Ilham. "Mereka dulu malas menanam bibit-bibit pohon yang diberikan, baik oleh proyek FP III maupun Dinas Pertanian. Kini mereka tahu bahwa itu semua bisa tumbuh dan mulai terlihat hasilnya jika kita merawatnya dengan tekun". Bibit kopi yang baru berumur dua tahun, bahkan saat ini sudah mulai belajar berbuah.

Skema agroforestry yang dikembangkan Pak Ilham dan para anggota kelompok lainnya merupakan salah satu skema dalam proyek FP III. Tanaman pertanian diharapkan tentu dapat menjadi sumber penghasilan keluarga. Sedangkan tanaman kayu-kayuan, jika digenerasikan dengan pola tanam yang baik, riap kayunya dapat dipanen. Hal ini juga dapat berfungsi sebagai investasi atau tabungan bagi keluarga pemilik lahan.

Kombinasi antara tanaman kayu-kayuan dan pertanian, diharapkan dapat membangun struktur dan strata kebun masyarakat menjadi serupa ekosistem hutan yang banyak manfaat, baik dari segi konservasi keragaman hayati maupun konservasi tanah dan air di area tersebut. Penguatan daeah aliran sungai atau DAS yang meliputi DAS Lariang dan DAS Palu merupakan salah satu tujuan utama proyek FP III ini.

Bonus perjalanan: batu-batu megalitik

Desa Watutau adalah desa terakhir dalam kunjungan kami ke lembah Napu ini, salah satu desa tua di area ini. Seperti desa lain di lembah Napu, hamparan padang ilalang menghiasi mata kami memandang. Sedangkan hawa sejuk menyelimuti kami selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun