Mohon tunggu...
Hanan Arasy
Hanan Arasy Mohon Tunggu... Ilmuwan - everlasting student

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pram di Persimpangan Pasar Malam

12 April 2022   13:29 Diperbarui: 8 Mei 2022   20:45 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun yang menarik, karakteristik novel yang berlatar belakang realita sosial desa-kota menjadi poin penting bagi Pram.

Ia seakan menulis apa yang memang dialami oleh banyak para tenaga kerja di Indonesia. Khususnya, pekerja urban perihal perjuanganya untuk bertahan hidup sekaligus memenuhi tanggung jawab yang diemban terhadap keluarganya. Pram sadar betul akan kebudayaan yang saling bertolak belakang antara kehidupan kota dan desa. 

Dalam novel ini pun ia menceritakan bagaiamana kebimbangan sang 'aku' terhadap kecanggihan sains dan keyakinan magis mistika. Walaupun pada ujung akhir cerita ini, Pram berupaya menkritik secara elok logika mistik yang tidak dapat menjadi pegangan bagi masyarakat Indonesia.

Bukan Pasar Malam | Kemdikbud.go.id
Bukan Pasar Malam | Kemdikbud.go.id

Pramoedya Ananta Toer melalui gaya bahasa yang sederhana setia menemani pembacanya. Ia seringkali terlihat lucu dengan berbagai umpatan-umpatan yang cenderung galak serta telanjang pada setiap narasi yang terurai. 

Beberapa kali dalam novel Bukan Pasar Malam, Pram berupaya mengolok-olok sesuatu yang cenderung menyiksa orang lemah. 


Seperti misalnya, alegori Pasar Malam yang terucap oleh Orang Cina untuk menghujat kebiasaan orang Indonesia yang datang dan pergi ketika terdapat rekan yang mengalami sebuah kesulitan. 

Namun, secara tersirat olokan tersebut mengandung makna yang mendalam. Yakni, pentingnya solidaritas antara masyarakat serta arti kehidupan yang tak sekedar melibatkan motif untung rugi.

Pada dasarnya, Pram cukup banyak menyinggung berbagai pihak. Dalam novel ini diceritakanya tabiat organisasi masyarakat Paramiliter yang cenderung memakai kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Kemudian, kebiasaan orang desa yang gemar terhadap klenik. Hingga keangkuhan dokter terhadap sains. 

Tak jarang pula ia menyinggung peran agama serta nasionalisme yang tak lebih dari sekedar doktrin. Serta lemahnya komunisme pada masa itu. 

Lantas pada tahapan ini, dimanakah pram meletakkan kepercayaanya? Mari mengingat lamunan tokoh 'aku' dalam percakapanya dengan si bungsu. Menurutnya, cukuplah diri sendiri ini yang menyelamatkan. Tegas Pram dalam Novel Bukan Pasar Malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun