Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bukan Badan Eksekutif Mahasiswa, Mi Ayam ini Bergizi, Enak, Murah

11 Mei 2017   21:27 Diperbarui: 11 Mei 2017   21:52 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Sering mengkonsumsi mi dipercaya tidak baik untuk kesehatan. Pasalnya, sederet bahan kimia terkandung di dalamnya. Namun, bagaimana kalau bahan-bahannya dari bahan alami? Bahkan, pewarnanya dibuat dari sayuran seperti Sawi.

            Mi dengan warna yang menarik atau bekennya disebut mi pelangi memang sudah marak di kawasan tertentu. Kalau di dekat tempat saya sih, masih baru-baru ini. Karenanya, saya mencoba membeli.

            Berlokasi di depan pintu utama pasar Kandangan, Kediri, mi ayam ijo biasa berjualan mulai jam empat sore. Harganya sendiri murah meriah, hanya enam ribu rupiah. Pelengkapnya seperti Sawi dan ayam cukup banyak. Kuahnya sedap dan kental. Sayangnya, sedikit kurang asin.

            Dari segi porsi, mi ayam ijo cukup mengenyangkan. Ada pula pelengkap lainnya seharga dua ribu rupiah, yang semakin menambah kenikmatannya; ceker dan telur. Tadi saya memilih ceker, sementara adik memilih telur. Lalu, pewarna hijau yang digunakan, saya rasa Sawi. Kalau misalkan Bayam, agaknya akan berpengaruh pada bau dan rasa.

            Kebiasaan saya dalam memakan sesuatu yang diperlukan tambahan seperti kecap, saus, atau sambal adalah menikmatinya dalam versi original terlebih dahulu. Nah, mie ayam ijo ini sebenarnya sudah enak tanpa ditambahi pelengkap di atas. Tekstur mi lembut dan meski rasanya tawar, tidak membosankan. Agaknya, hal tersebut dikarenakan mi dibuat sendiri.

            Indikator suatu tempat makan ramai selain enak dan murah adalah kebersihan. Untuk ukuran jajanan pinggir jalan, mi ayam ijo tergolong bersih. Terbukti dari kursi dan mejanya yang tidak ada noda bekas kuah atau saus, misalnya. O ya, satu lagi, pelayanan juga berpengaruh pada penjualan. Di sini ramah sih, penjualnya cukup murah senyum dan cepat juga.

            Dari ulasan di atas, pantas jika mi ayam ijo sudah memiliki banyak pelanggan meski baru satu bulan berjualan. Tadi saya beli habis maghrib dan gulungan mi tinggal sedikit. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ibu-ibu yang ingin memberikan makanan bergizi pada anak, tapi tetap yang disukai. Atau, bisa dikatakan ingin mendapat manfaat sayur dalam bentuk dan bau yang tersamarkan.

            Kalau saran saya pada mi ayam ijo sih, lebih mantap lagi kalau ditambahkan pangsit dan sambalnya jangan terlalu banyak air, sehingga tidak terasa pedas. Padahal, saya hobi memakan makanan pedas. Juga, semoga penjualannya makin laris dan akhirnya bisa menyewa ruko agar suasana makan menjadi lebih cozy.

            Simbol penilaian untuk buku adalah banyaknya bintang. Kalau saya samakan, maka mi ayam ijo ini mendapat empat dari lima bintang! Dengan enam ribu rupiah, ayam, kuah, dan mi sudah kaya akan rempah, salah satunya ketumbar. Gizi yang didapatkan juga semakin banyak, karena bahan pewarna alami mi yang didapat dari Sawi. Jadi, pantas bukan kalau mendapat label BEM?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun