Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Be(lie)ve [Chapter 1: Fighting!]

4 April 2017   18:00 Diperbarui: 5 April 2017   01:30 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Sontak puteri pertama pak Jarot itu menegakkan kepala. Ah, mereka memang penyelamatku.Dia pun berniat segera ke ruang tamu. Namun, Mama mencegahnya dengan bertanya ‘bagaimana.’

         “Koneksi internetku lemot, ma. Besok pagi aja,” jelas gadis itu lantas pergi begitu saja.

          Selepas wisuda, Sesha dan Marinta sudah menjadi tenaga pengajar di lembaga yang cukup ternama. Keduanya juga mempunyai bisnis makanan yang dipasarkan secara online. Hal yang membedakan adalah asal mereka. Kalau Sesha asli Probolinggo dan masih ingin merantau ke Malang, Marinta si centil adalah gadis asli kota Batu. Meski begitu, Minggu siang kali ini mereka memiliki tujuan sama yaitu merayakan ‘kemenangan’ Aileen. Mereka yakin temannya yang hobi mengoleksi jam tangan itu mendapatkan apa yang diperjuangkan selama ini.

           Aileen menyapa mereka dengan sangat riang. Dia begitu bahagia, kedatangan Sesha dan Marinta seperti kejutan untuknya. Pasalnya, mereka tidak membuat janji terlebih dahulu.

          Sesha dan Marinta saling berpandangan. Kenapa rasanya Aileen belum melihat pengumumannya? Gadis itu tidak membicarakan keberhasilannya pada mereka. Pun tidak menampakkan kekecewaan karena mendapat kegagalan.

          “Makasih, Tante,” kata Sesha dan Marinta kompak saat Mama Aileen meletakkan minuman dan camilan di meja. Mereka kembali berpandangan. Wanita itu tidak membicarakan apa pun. Berarti benar bahwa Aileen belum membuka E-mail-nya.

           “Eh, makasih juga loh ya makanannya. Repot-repot, deh,” ujar Aileen seraya mengangkat bungkusan yang ada di meja.

           “Hm, kita akan makan makanan itu kalau kamu udah lihat pengumuman beasiswanya. Jadwalnya hari ini, kan?” tembak Marinta. Aileen terpaku.

            Gadis pemilik rumah itu bukannya merasa di-skak mat, tapi teringat ketika semester tiga dulu dia daftar sebagai reporter kampus. Dia dengan santainya menunda untuk melihat pengumuman peserta yang lolos seleksi. Sesha dan Marinta justru sebal dan pada akhirnya menyeret Aileen ke sekretariat. Bahkan, mereka berdua juga yang melihat pengumuman, sementara yang bersangkutan malah menunggu di lobi.

            “Udah, mana hapemu? Sini biar aku liatin,” rampas Sesha dengan tangannya yang terulur pada seseorang di depannya. Si empunya menurut saja dan memberikannya dengan pasrah.

             Marinta merapat ke dekat Sesha untuk melihat E-mail Aileen. Dan, atmosfir ketegangan hadir di ruang tamu yang cukup luas itu. Ketiganya memasang wajah serius, tapi lebih terlihat seperti Aileen adalah seorang tersangka, sementara dua temannya adalah polisi yang sedang meneliti barang bukti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun