Salah satu yang mengingkari kodrat kemanusiaan adalah bohong, membuat cerita fiktif dari apa yang dikehendaki dan berupaya (memaksa) orang lain percaya, mengikuti alur dan tokoh serta tempat dalam cerita.
perasaan berkurangnya wibawa atau kalah wibawa dengan orang lain, adalah salah satu penyebab seseorang berbohong, agar ada simpati dan mendapatkan banyak pengikut, pemujanya bertambah dan status sosialnya meningkat.
Contoh seorang penjahat, agar penjahat lain dan pihak keamanan takut, disebarkanlah bahwa dirinya sudah membabat badan banyak orang, beradu jurus dengan beberapa pendekar dan berhasil menaklukkan, menjuluki dirinya pembunuh berdarah dingin dan raja tega. Cerita-cerita tersebut disebarkan dari mulut ke mulut dari orang yang mempercayai hingga sebagian besar anggota masyarakat mengamini.
Sama halnya seorang para normal, untuk mendapat pengaruh yang lebih banyak, dibuatlah cerita bahwa dirinya pernah berguru kepada orang-orang hebat, mengaku murid dari sang pendekar A, pernah bertapa di gunung yang masih perawan. Kadang bercerita pernah memberikan pertolongan kepada orang-orang sebagai publik figure, orang yang terkenal dengan cara memasang foto-foto mereka di ruang tamunya.
HANYA ANAK YANG TIDAK BOLEH BOHONG
Nasihat jangan bohong, sering terlontar dari mulut orang tua ketika mengingatkan sang anak agar berkata dan bercerita apa adanya. Para orang tua berkata kepada anaknya "jangan bohong ya, bohong itu dosa".
Orang tua sebagai simbul kedudukan yang tinggi seperti guru kepada muridnya "anak-anak jangan terbiasa berbohong" ujarnya, lalu dilanjutkan "bila kalian sering berbohong, tidak akan dipercaya, kawan kalian akan menjauh dan tidak ada yang mau berteman dengan kalian"
Di bangku sekolah diceritakan bagaimana seorang pengembala kambing, teriak-teriak sambil lari tergopoh-gopoh "tolong-tolong, ada raja hutan mau mamangsa kambing" ujar si penggembala dan membujuk masyarakat agar mau menolong. Setelah warga mendatangi tempat pengembalaan, dilihatlah kawanan kambing tenang-tenang saja, memakan rumput dan dedaunan yang ada di depannya. Akhirnya masyarakat kembali ke rumah masih-masih dengan membawa kekecewaan dan bersumpah serapah kepada si pengembala.
Tahu bagaimana kisah lanjutannya ? di suatu hari sang pengembala teridur di atas pohon besar, karena angin yang menghipnotis kesadarannya, dari jauh terdengar raungan harimau, sebagai tanda akan memangsa untuk mengusir rasa lapar.Â
Spontan sang penggembala terjaga dan lari meminta pertolongan kepada warga, tak ada satupun wara yang iba, tak satupun menjawab dan tiada yang beranjak dari tempatnya. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Maka pupuslah harapan si pengembala, puaslah harimau memangsa kambing gembalaannya.
"anak-anak, tahu kan apa akibat berbohong" secara koor anak-anak menjawab, "tahu bu guru", lalu apa akibatnya kalau berbohong tanya bu guru "tidak dipercaya" kata anak-anak menyahuti ucapan bu guru.