Edukasi kesehatan reproduksi yang masih dianggap tabu, menyebabkan remaja kurang memahami risiko dan haknya.
Tingginya angka perundungan dan kekerasan seksual, yang mengancam kesejahteraan psikologis remaja.
Kurangnya kebijakan inklusif yang benar-benar melindungi hak remaja, baik dalam aspek kesehatan, pendidikan, maupun sosial.
Dampak budaya digital dan media sosial, yang menambah tekanan sosial bagi remaja dalam kehidupan sehari-hari.
Data dari KPAI menunjukkan bahwa kasus kekerasan terhadap anak dan remaja meningkat lebih dari 50% dalam lima tahun terakhir. Ini adalah alarm serius bagi semua pihak untuk bertindak.
Langkah Konkret yang Harus Ditempuh
Agar perlindungan kesehatan remaja lebih optimal, Indonesia perlu:
Meningkatkan edukasi kesehatan remaja di sekolah dan komunitas, dengan pendekatan yang lebih inklusif.
Menyediakan layanan kesehatan yang ramah remaja, termasuk akses ke konseling kesehatan mental dan reproduksi.
Membentuk kebijakan khusus untuk perlindungan remaja, terutama dari perundungan, kekerasan, dan eksploitasi.
Meningkatkan kampanye kesadaran tentang kesehatan mental, agar stigma dapat dikurangi.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!