Meskipun setelah menulis, masalah masih ada, namun sedikit meredakan kegalauan hati.
Ada rasa damai dan setelah itu, ada titik cerah dimana pikiran menemukan solusi satu demi satu.
Menuangkan tangisan dalam tulisan. Itulah yang menjadi manfaat di saat terpuruk. Karena hanya meratapi nasib tidak akan menghasilkan apa-apa. Malahan bisa berakibat fatal seperti depresi akut yang mungkin mengarah ke tindakan bunuh diri.
Saya menulis, seperti contoh saat bermasalah dengan saudara. Saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menjelaskan kepada anggota keluarga yang lain dikarenakan mereka tidak menganggap saya sebagai seseorang yang patut mereka hargai.
Memang tidak semua seperti itu dalam memperlakukan saya, tapi kebanyakan seperti itu dalam menilai saya.
Saya menulis berbagai tulisan yang kebanyakan berkisah tentang apa yang saya rasakan, lihat, dan lakukan dalam keseharian. Dan itu semua membantu saya dalam mengatasi kegundahan dalam kehidupan yang keras saat ini.
Dan pada akhirnya, masalah tidak sebesar yang saya kira.Â
Seperti misalnya, saya menemui masalah dengan keuangan yang sangat kritis di suatu saat, dan saya merasa bingung bagaimana memenuhi segala kebutuhan saya.
Tidak ada lagi yang bisa menyuarakan keresahan saya selain menulis saat itu. Saya sudah berusaha mencari pekerjaan atau hal-hal lain yang bisa memberikan saya sedikit cuan untuk bertahan hidup.
Saya tidak mau merepotkan keluarga saya, karena doeloe saya sudah memutuskan untuk hidup mandiri, meninggalkan kakak perempuan saya, tinggal di indekos, dan mengurus kebutuhan saya sendiri.Â
Dan di saat susah, saya hanya bisa mengadu kepada Tuhan, dan juga menuangkan "tangisan" yang tak bersuara ke dalam tulisan yang nyata, entah itu di kertas saat ada kesempatan untuk menumpahkan segala sumpah serapah maupun lewat lembar Google Docs yang tersedia di layar laptop dan ponsel pintar.