Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Belum Pantas Disebut Guru Bahasa Inggris Profesional, Jika Belum Menguasai 4 Skill Ini

22 Juli 2019   11:31 Diperbarui: 26 April 2021   11:56 2786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru Bahasa Inggris Profesional (Sumber Gambar: blog.gaijin)pot.com

Bertahun-tahun atau berpuluh tahun mengajar terkadang membuat lupa diri. Kebanyakan guru sudah puas dengan ilmu yang dipunya. Atau ada yang berkelit, beralasan sibuk karena mempersiapkan kelengkapan administrasi, seperti program tahunan, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lain sebagainya.

"Lagipula, saya sudah 20 tahun mengajar (bahasa Inggris). Ilmunya sudah nancep di sini," kata David (nama samaran), salah satu guru bahasa Inggris di sebuah SMA di Samarinda, sambil telunjuk kanannya mengarah ke dahinya.

Miris mendengar itu.

"Ah, Pak David itu ngebosenin, Om. Kami cuma disuruh mengerjakan tugas di buku paket. Percakapan dalam Bahasa Inggris? Boro-boro, Om! Dianya aja kalau bicara, menjelaskan, selalu pakai Bahasa Indonesia," pengakuan Sonia (nama samaran), salah satu siswi di SMA tersebut.

Tentu saja ini sangat memprihatinkan.

Namun saya tidak langsung percaya.

Saya bertanya lagi pada beberapa siswa-siswi dimana Pak David mengajar bahasa Inggris di kelas mereka.

Jawaban mereka tentang Pak David senada dengan Sonia.

"Membosankan, Om."

"Kami disuruh nulis terus."

"Ada latihan speaking, tapi sedikit aja porsinya. Kebanyakan kami disuruh diam dan mengerjakan tugas."

Dan masih banyak lagi pendapat serupa.

Melihat dari cara mengajar, saya rasa ada hal yang lebih besar yang mendasarinya.

Hal yang lebih besar itu adalah mengenai kompetensi, skill yang dipunyai.

Apakah sudah mempunyai kompetensi yang mumpuni?

Meskipun sudah mendapat sertifikasi, bukan berarti kualifikasi mereka, para guru bahasa Inggris, sudah teruji dan terbukti.

Menyebut diri guru bahasa Inggris profesional sih boleh-boleh saja, sah-sah saja, namun kalau tidak atau belum menguasai 4 skill ini, ya tidak bisa disebut profesional.

Apa 4 skill yang harus dipunyai oleh guru bahasa Inggris profesional?

1. The Skill of Listening Comprehension (Keterampilan Pemahaman Mendengarkan)

Keterampilan pemahaman mendengarkan adalah keterampilan awal yang wajib, harus dikuasai.

Kenapa wajib?

Karena, layaknya belajar bahasa Ibu (mother tongue language), kita harus mengawali dengan mendengarkan penuturan dari penutur asli (native speaker).

Sayangnya, mungkin ini yang menjadi masalah atau alasan dari minimnya penguasaan keterampilan ini.

"Susah, Pak. Mereka (native speaker) bicaranya cepat," kata Adi (nama samaran), teman yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di salah satu SMA di Samarinda.

"Nggak pernah ngerti ngomong apa si bule. Nyerocos kayak senapan mesin," ujar Santi (bukan nama sebenarnya), guru bahasa Inggris di sebuah SMP.

"Pasrah aja waktu ikut TOEFL. Tiga kali gak lulus. Yang keempat lulus dengan nilai pas-pasan. Bingung dengan soal listening-nya," kata Alan (nama samaran), seorang guru bahasa Inggris di sebuah SD.

Menurut pengamatan saya, penyebab kenapa tidak menguasai listening comprehension (pemahaman mendengarkan) adalah tidak terbiasa mendengarkan penuturan atau orang yang bertutur dalam bahasa Inggris.

Tentu saja, bagaimana bisa mengajarkan keterampilan pemahaman mendengarkan kepada peserta didik jika gurunya tidak mempunyai "kepekaan" pada telinganya untuk memahami ujaran-ujaran bahasa Inggris yang didengar?

Solusi untuk Memecahkan Masalah Kurangnya Keterampilan Pemahaman Mendengarkan

1. Perbanyak waktu mendengar ujaran penutur asli (native speaker) yang berbicara dalam bahasa Inggris

Kalau ada teman-teman bule (yang berbahasa Inggris), sedapat mungkin dengarkan mereka dengan saksama. Jangan malah sibuk dengan gawai atau memonopoli percakapan. Kan kesempatan bertemu dengan penutur asli sangatlah langka, apalagi kalau tidak tinggal di Bali atau Jakarta.

Seperti saya, di Samarinda, Kalimantan Timur, sangat jarang menemukan wisatawan mancanegara.

Dengan bertemu dengan penutur asli, kita bisa belajar mengucapkan kata-kata bahasa Inggris yang mungkin sangat sukar dilakukan. Dengan mendengar mereka berbicara, kita bisa memperkaya pemahaman mendengar, meningkatkan skill listening comprehension.

2. Mendengarkan siaran-siaran radio berbahasa Inggris

Kalau ingat waktu kuliah dulu, saya terkadang geli sendiri. Dulu waktu internet belum ada, saya biasanya melatih keterampilan pemahaman mendengarkan itu lewat alat yang bernama tape recorder, dimana alat itu mempunyai radio yang dapat menangkap siaran radio luar negeri, seperti BBC, Voice of America (VOA), dan lain sebagainya.

Suara 'ngiuuung - nguiiing' sering berkumandang dikarenakan penerimaan yang tidak jernih, menyebabkan terkadang malas melatih keterampilan ini. Namun saya paksakan, supaya telinga saya "terlatih".

Namun sekarang, telinga saya sudah termanjakan dengan aplikasi-aplikasi di smartphone, seperti TuneIn (aplikasi untuk mendengarkan radio dalam dan luar negeri) atau Podbean (aplikasi untuk mendengarkan podcast, rekaman suara dalam banyak bahasa tentang berbagai topik). Ini cuma salah dua dari berbagai aplikasi yang bisa membantu meningkatkan keterampilan pemahaman mendengarkan.

Jadi kalau ada yang masih bilang tidak bisa latihan listening, saya hanya bisa ketawa. 

3. Menonton film berbahasa Inggris tanpa menggunakan subtitle / teks terjemahan

Dengan adanya teknologi internet saat ini, segala sesuatu dimudahkan. Imbasnya juga nyata pada teknologi film. Yang dulunya, teks terjemahan tampil di bagian bawah film dan tak bisa dihilangkan, sekarang subtitle atau teks terjemahan itu bisa di-nonaktifkan, sehingga kita bisa menonton film tanpa terjemahan di bawah film. 

Tentu saja, ini sangat bermanfaat, khususnya bagi yang ingin meningkatkan listening comprehension skill. Melatih pemahaman mendengarkan waktu melihat film yang ditonton tanpa teks terjemahan adalah tantangan tersendiri. Kalau nonton film dengan teks terjemahan, bagaimana bisa meningkatkan skill listening comprehension?

2. The Skill of Speaking Ability (Keterampilan Kemampuan Berbicara)

Ibarat kata, listening adalah input, maka speaking adalah output-nya.

Biasanya, kalau skill listening mumpuni, skill speaking-nya juga bagus.

Sayangnya, kenyataan tidak berbicara demikian.

Kebanyakan guru bahasa Inggris tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar.

Kenapa kebanyakan guru bahasa Inggris tidak menguasai keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris?

1. Sungkan Berbicara dalam Bahasa Inggris di Tengah Masyarakat

Kenapa sungkan?

a. Tidak Pede dengan Kemampuan Diri

Rendah diri, merasa kemampuan tak seberapa menjadi penyebab. Padahal, kalau mau jujur, belum tentu kemampuan orang lain lebih hebat daripada kemampuan diri.

b. Dibilang "aneh"

Ini yang anehnya di Indonesia. Sudah tahu kalau bahasa Inggris adalah bahasa Internasional, tapi waktu ada orang yang bercakap-cakap dalam bahasa Inggris, malah dibilang "aneh".

"Eh, bahasa dari planet mana tuh?"

Pertanyaan "aneh" ini pernah keluar dari mulut Arin (nama samaran), teman mahasiswi waktu kuliah dulu, tapi beda fakultas. Saya di FKIP prodi pendidikan bahasa Inggris, Arin di Fakultas Ekonomi. Padahal, untuk bisa mengikuti ujian skripsi, apapun fakultasnya, harus mengikuti ujian TOEFL terlebih dahulu.

Singapura dan Malaysia, negara-negara tetangga kita, sudah lebih dahulu maju dalam penguasaan bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari.

Indonesia? Entah kapan bisa seperti mereka, kalau kebanyakan rakyat Indonesia masih menganggap bahwa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris sebagai kebiasaan yang "aneh".

c. Dibilang "pamer"

"Pamer. Mentang-mentang bisa bahasa Inggris!"

"Gaya. Kayak hebat-hebatnya!"

"Gak usah ngomong Inggris. Pake bahasa Indonesia aja. Supaya semua ngerti."

Ini salah tiga di antara beberapa komentar yang menyatakan kalau bicara dalam bahasa Inggris di Indonesia seperti ingin pamer kemampuan.

2. Tidak ada teman / lawan bicara

Sulitnya mendapatkan teman / lawan bicara yang berani atau bisa bercakap-cakap dalam bahasa Inggris adalah satu masalah yang cukup pelik.

Selain karena faktor "sungkan" yang sudah dibahas di poin pertama, mungkin sebab-sebab lain adalah malas berbicara dalam bahasa Inggris; kurangnya penguasaan kosa kata bahasa Inggris yang mengakibatkan kurang lancar dalam berbicara dan terbatas pada topik-topik yang ingin dibahas, dan lain sebagainya.

Solusi untuk Memecahkan Masalah Kurangnya Keterampilan Kemampuan Berbicara

1. Bicara dalam bahasa Inggris pada siapa saja, tidak usah pedulikan apa kata orang

Sedapat mungkin, bicara dalam bahasa Inggris kepada setiap orang. Kalau tidak memungkinkan, bicara pada penutur asli dan orang-orang Indonesia yang bisa berbahasa Inggris, seperti guru bahasa Inggris yang memang bisa berbahasa Inggris; atau teman-teman yang memang bisa atau sedang belajar bahasa Inggris.

Ada orang-orang yang nyinyir? Yah, sejauh tidak melanggar hukum dan tidak menggosipkan siapa-siapa, ya jalan terus saja.

Berlatih terus untuk meningkatkan keterampilan kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris.

2. Bicara sendiri di kamar tidur

Bicara sendiri? Kenapa tidak?

Ini adalah salah satu metode yang terbukti berhasil. Saya mendapat saran yang mungkin bagi kebanyakan orang menganggap hal ini 'nyentrik', namun sangat ampuh dalam meningkatkan keterampilan kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris.

"No friend, no problem. Tidak ada teman yang bisa diajak berbicara dalam bahasa Inggris, tidak masalah. Jangan menjadikan ketiadaan teman yang mau berbicara dalam bahasa Inggris sebagai halangan untuk maju.

"Latih kecakapan di kamar. Kunci pintu, supaya tidak ada yang mengganggu. Bicaralah, dengarkan suara sendiri. Latih kemampuan speaking kalian. Gampang. No friend, no problem," kata Pak Darman (nama samaran), salah satu dosen saya waktu mengajar mata kuliah Speaking di universitas dulu.

Saya pun mempraktekkannya. Masuk kamar, kunci pintu, lalu "ngoceh" dalam bahasa Inggris, entah menggambarkan pulpen itu seperti apa atau mendeskripsikan gambar yang saya dapat di internet.

Misalnya :

Sumber Gambar: www.cultpens.com
Sumber Gambar: www.cultpens.com

This is a pen.
It is made of plastic.
I have two pens in my bag.
I use a pen to write and draw.

Atau mendeskripsikan gambar:

Sumber Gambar: sciencenordic.com
Sumber Gambar: sciencenordic.com
In this picture, we can see there is a man who runs on the bright sunny day. He smiles. It seems that he enjoys running.

I like running. I usually run in the afternoon at 5 p.m. The weather is usually bright, not too hot anymore. I run in the specific place near my house.

Nah berlatih gitar saja bisa sendiri. Berlatih berbicara dalam bahasa Inggris juga bisa sendiri.

Saya sudah membuktikannya.

3. The Skill of Reading Comprehension (Keterampilan Pemahaman Bacaan)

"Teks bacaannya panjang-panjang. Tema-temanya juga sukar, mulai dari teknologi sampai ekonomi."

"Aku gak ngerti maksud bacaannya."

"Soal-soalnya panjang-panjang kalimatnya. PIlihan gandanya juga sepertinya benar semua."

Ini beberapa komentar dari sekian banyak mahasiswa yang selesai mengikuti TOEFL. Anehnya, justru yang banyak mengeluh adalah mahasiswa-mahasiswi FKIP prodi Pendidikan bahasa Inggris jenjang strata satu. Memang tidak semua berkomentar seperti di atas, namun kebanyakan berpendapat bahwa keterampilan reading comprehension ini sukar.

Menurut saya, ada dua alasan kenapa tidak menguasai keterampilan ini.

1. Malas Membaca

Di Indonesia, budaya membaca memang kalah dibanding budaya lisan dan menonton tv. Tak heran jika peringkat literasi Indonesia berdasarkan World's Most Literate Nations yang dikeluarkan oleh Central Connecticut State University (CCSU) menyebutkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-60 dari 61 negara yang diriset.

Program for International Student Assessment (PISA) pada 2015 juga menggambarkan rendahnya tingkat literasi rakyat Indonesia yang menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi 62 dari 70 negara yang diteliti (rujukan: bisnis.com).

2. Alasan Tidak Ada Waktu untuk Membaca

"Tidak ada waktu untuk membaca. Saya sibuk kerja."

Alasan ini memang lazim, tak bisa disalahkan dan sah-sah saja, namun bukan berarti bisa menjadi pembenaran untuk tidak membaca.

Solusi untuk Memecahkan Masalah Kurangnya Keterampilan Pemahaman Bacaan

1. Banyaklah Membaca Literatur Berbahasa Inggris

Sekarang kalau ada alasan harga buku (fisik) mahal sehingga tak bisa membeli dan membaca, tentu saja bukan alasan yang dapat diterima.

Kenapa tak dapat diterima? Karena membaca bukan hanya bisa didapat dari buku fisik, namun juga bisa dari buku elektronik (ebook); blog berbahasa Inggris, seperti the Jakarta Post dan Jakarta Globe; majalah; dan suratkabar berbahasa Inggris.

Apalagi dengan adanya gawai, semakin mempermudah untuk banyak membaca dimana saja dan kapan saja.

Daripada menggunakan gawai hanya untuk bermain game online dan menonton video alay di YouTube, kenapa tidak menggunakannya untuk banyak membaca, khususnya literatur berbahasa Inggris?

2. Sediakan Waktu Khusus untuk Membaca

Daripada hanya membaca 5 jam di hari Senin, lalu 6 hari berikut, dari hari Selasa sampai Minggu, tidak membaca sama sekali, lebih baik kalau mengatur waktu khusus untuk membaca setiap hari.

Tidak perlu muluk-muluk. 15 menit setiap hari di awal hari, tengah hari, atau sebelum tidur.

Dengan disiplin seperti ini, budaya membaca akan mengakar, dan keterampilan pemahaman bacaan akan meningkat karenanya.

Sebelum tidur di malam hari, saya biasanya membaca buku fisik dalam waktu 15 menit. Saya mendisiplin diri saya untuk membaca.

4. The Skill of Writing Ability (Keterampilan Kemampuan Menulis)

Sayangnya, imbas dari ketidaksukaan membaca adalah minimnya minat dalam menulis, baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris.

Bisa jadi, ini yang menyebabkan skill menulis dalam bahasa Inggris sangat tidak memadai pada diri kebanyakan guru bahasa Inggris.

Selain hubungan sebab-akibat membaca dan menulis, sebab-sebab lain kenapa kebanyakan guru bahasa Inggris tidak menguasai skill dari writing ability adalah:

1. Malas Menulis

Minat tidak ada, sehingga malas pun jadi nyata. Karena melihat kalau menulis terkesan pasif dan kurang menghasilkan (uang).

Padahal, sebagai guru, keterampilan menulis itu perlu dimiliki, sebab dengan mempunyainya, guru dapat menyampaikan materi ajar dengan jelas, terarah, dan sistematis.

2. Alasan Tidak Ada Waktu untuk Menulis

"Sibuk mengajar dan mengurus administrasi. Tidak ada waktu untuk menulis."

Alasan "tidak ada waktu untuk menulis" karena kendala-kendala di atas rasanya sangat tidak masuk akal, karena saya mempunyai banyak kenalan guru yang di malam hari masih sempat menonton tv, main game online, bahkan ngobrol dengan tetangga sampai tengah malam.

3. Tidak Tahu Apa yang Mau Ditulis

"Kan saya sehari-hari cuma mengajar di sekolah. Rutinitas menjemukan. Tidak ada yang istimewa."

Alasan Seno (nama samaran), salah satu guru bahasa Inggris di sebuah SMP di Samarinda tidaklah realistis. Pasti ada yang menarik selama bekerja.

Saya saja yang mengajar di esde punya banyak cerita selama mengajar di sekolah, apalagi di SMP dan SMA yang notabene jumlah muridnya lebih banyak.

Baca juga: Soal Cerita dalam Ulangan Matematika, Momok Bagi Anak Usia Dini

Baca juga: Ketika Mengajar Semestinya Kita Membisakan, Bukan Membisukan

Baca juga: Tulisan Tegak Bersambung, Riwayatmu Kini

Jadi kalau mengatakan "tidak ada yang istimewa", kok rasanya aneh.

Solusi untuk Memecahkan Masalah Kurangnya Keterampilan Kemampuan Menulis

1. Banyaklah Menulis, Paksa Diri untuk Menulis

Tidak ada rumus baku dalam menguasai suatu keterampilan. Hanya dua kata kunci kalau mau cepat bisa menguasai keterampilan menulis yaitu dengan banyak menulis. Dengan banyak menulis, maka keterampilan kemampuan menulis bisa dikuasai dengan cepat.

Meskipun tidak ada mood atau bosan menulis, tetap paksa diri untuk menulis. Karena kalau terbiasa tidak menulis karena alasan gak mood, capek, dan lain sebagainya, nanti bisa keterusan tidak menulis dengan alasan-alasan tersebut.

2. Sediakan Waktu Khusus untuk Menulis

Kalau memang bekerja atau ada aktivitas dari pagi sampai sore hari, sehingga di malam hari terserang 4L, singkatan dari Lemah, Letih, Lesu, dan Lunglai, maka cukup sediakan waktu khusus untuk menulis.

Tidak usah punya target waktu muluk-muluk. 15 menit setiap hari di jam tertentu sudah cukup untuk menumbuhkan kebiasaan menulis.

Setelah membaca buku fisik, saya juga mempunyai kebiasaan menulis dengan tangan di buku tulis selama 15 menit sebelum tidur di malam hari. Selain menyegarkan pikiran saya, juga membuat saya cepat mengantuk dan kualitas tidur saya pun jadi lebih baik.

3. Tulislah yang Disukai, yang Menjadi Minat, atau Sesuai Profesi

Tulislah yang Anda sukai. Jangan ikut-ikutan orang lain. Orang lain menulis tentang politik di Kompasiana, ikut-ikutan menulis tentang politik supaya dapat K-Rewards yang aduhai, padahal pengetahuan tentang politik sangat kurang.

Ya, boleh-boleh saja mencoba, tidak ada yang melarang; namun kalau menulis yang sesuai profesi, minat, atau hobi, pasti lebih lancar menulisnya.

Untuk awal mula, tulis yang Anda kuasai atau sukai.

Saya sendiri, selain sebagai guru, juga mempunyai kebisaan "sedikit" dalam bermain gitar. Jadi saya menulis sedikit tentang lagu-lagu gitar tunggal yang saya kuasai dan sudah saya rekam dalam bentuk video di YouTube.

Baca juga: Sayonara, Video Selamat Tinggal Dariku

Baca juga: Tana Wolio, Lagu yang Menceritakan tentang Indahnya Kampung Halaman

Baca juga: "Aku Adalah Anak Gembala", Kisah Keceriaan Anak Indonesia yang Dirindukan di Zaman Ini

Untuk blog berbahasa Inggris, meskipun jarang saya update, saya menulis dalam bahasa Inggris di fingerstyleguitar1.blogspot.com.

* * *

Demikianlah 4 skill yang wajib dikuasai oleh guru bahasa Inggris jika ingin dikategorikan profesional, yang dalam hal ini biasanya ditunjukkan dengan adanya sertifikasi yang didapat.

Kiranya 4 skill ini, yaitu:

  1. The Skill of Listening Comprehension,

  2. The Skill of Speaking Ability,

  3. The Skill of Reading Comprehension,

  4. The Skill of Writing Ability,

bisa terus ditingkatkan sehingga bahasa Inggris tidak lagi menjadi momok menakutkan bagi peserta didik.

Dengan adanya internet cepat saat ini, sudah gak zaman kalau tidak bisa menguasai 4 skill di atas.

Sehari-hari, saya menggunakan Smartfren, baik dalam mendengarkan podcast; membaca artikel-artikel di blog-blog berbahasa Inggris; melakukan voice call atau video call dengan teman-teman yang berbahasa Inggris; dan menulis artikel di blog pribadi, serta di Kompasiana.

Dengan kecepatannya yang sudah  4G LTE, saya pun terbebas dari keterlambatan akan penguasaan 4 skill di atas.

Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi rekan-rekan guru bahasa Inggris di mana pun berada.

Terus berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun