Kesimpulan
Kisah Nabi Musa dan Firaun merupakan salah satu narasi terpenting dalam Al-Qur'an, tidak hanya karena frekuensi penyebutannya yang tinggi, tetapi juga karena kompleksitas pesan yang dikandungnya. Kisah ini memuat dimensi spiritual, moral, politik, dan sosial yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan umat Islam, baik di masa lalu maupun masa kini. Melalui analisis terhadap dua tafsir besar, yakni Tafsir al-Qur'an al-'Azhim karya Ibnu Katsir dan Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, dapat disimpulkan bahwa pendekatan tafsir sangat mempengaruhi makna yang digali dari ayat-ayat kisah. Ibnu Katsir menghidupkan kisah dengan narasi yang kaya akan riwayat, terutama dari kalangan sahabat, tabi'in, dan sumber Israiliyat, sehingga cocok untuk mendalami konteks historis dan tradisional dari peristiwa. Sebaliknya, Quraish Shihab menghadirkan tafsir yang lebih relevan dan aplikatif terhadap problematika kekinian, seperti isu kekuasaan tiranik, strategi komunikasi dakwah, serta penguatan nilai-nilai keadilan dan kesabaran dalam menghadapi tekanan. Kedua tafsir ini tidak harus dipertentangkan, melainkan dapat saling melengkapi. Ibnu Katsir menunjukkan akar tradisional Islam yang kuat, sementara Quraish Shihab membawa kisah tersebut untuk berdialog dengan dunia modern. Keduanya bersama-sama menunjukkan betapa fleksibelnya kisah-kisah Al-Qur'an dalam memberi inspirasi lintas zaman. Penafsiran yang dilakukan dengan cara seperti ini memperkaya pemahaman umat terhadap Al-Qur'an dan mendorong pendekatan tafsir yang dinamis namun tetap berakar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI