Mohon tunggu...
parjo
parjo Mohon Tunggu... t

Deus caritas est

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tamu yang Tak Diundang

14 Oktober 2025   02:19 Diperbarui: 14 Oktober 2025   02:19 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Samuel McGarrigle on Unsplash

"Gil, aku kok nggak ada? Gimana sih?"

Hummmhh! Gilang mendengus keras. Ditaruhnya kamera butut di lemari penyimpanan lalu cepat-cepat pergi menjauh. Kepalanya seperti mau pecah, tak mampu menahan cuaca yang sejak dari tadi panas luar biasa. Segelas es teh manis di ruang makan segera masuk ke tenggorokannya. Lumayan... gumamnya. Namun sebuah pesan masuk membuat kepalanya kembali terasa sakit.

"Gil, aku kok nggak ada?" Gila fotonya buanyak tapi foto koordinatornya nggak ada"

"Ampun fotoku pas lagi memberi salam kecil banget! Kalau kayak gini gimana bisa aku upload di instagram? Gak keliatan wajahku!"

"Gil?"

Hummmhh! Gilang berusaha menahan sakit kepalanya yang makin akut. Namun sia-sia hingga akhirnya ia merasakan tubuhnya jatuh namun seseorang dengan cepat menolongnya. Beberapa menit kemudian samar-samar ia mendengar percakapan antara kakeknya dengan seorang lak-laki. Katanya, ia beruntung tidak terbentur meja kayu besar karena kebetulan lelaki itu sedang dalam perjalanan menuju ruangan dimana ia jatuh. Aku di rumah? Suara itu... sepertinya aku mengenalnya, gumamnya lirih.

"Gil? Sudah enakan mas? Ini kamu sudah di rumah kakek. Bangun yuk? Minum dulu terus makan pelan-pelan," Gilang mencoba membuka mata. Dilihatnya seorang laki-laki yang telah lama dikenalnya dan beberapa orang lain yang sepertinya tadi memarahinya. Mereka kelihatan sedang berbisik-bisik dan berkasak-kusuk,

"Kok bisa bapak langsung tahu rumah Gilang?"

"Iya, padahal dia nggak pernah jadi pengurus, cuma volunteer"

"Jangan-jangan kakeknya yang dikenal sama bapak?"

"Mungkin yan..."

"Ehem mas, mbak semua. Maaf, saya kenal mas Gilang sudah lama, sudah lebih dari delapan tahun. Sejak saya belum segendut ini ha.. ha.. ha.. Jadi ya, saya tahu rumah kakeknya Gilang"

Wowwh... serempak mereka terkesima meskipun lirih. Gilang yang sedang minum tersedak, mau protes tapi tubuhnya masih lemah. Lelaki itu memberi kode agar ia berbaring saja, tidak usah duduk dulu. Lelaki itu tahu bahwa Gilang tidak mau orang-orang yang hadir tahu sepak terjangnya.

"Jadi begini, mas Gilang ini sudah lama membantu saya mendokumentasikan acara-acara baik di daerah maupun di luar daerah. Mas-mas dan mbak pada tidak tahu kan? Ya, karena dia tidak suka ada foto dirinya terekspos, yang ada ya hasil foto dokumentasinya. Sepertinya dia penganut garis keras, Ad Maiorem Dei Gloriam, yang penting nama-Nya semakin besar, namanya sendiri makin nyungsep ha.. ha.. ha..."

Gilang yang jadi pusat perhatian pura-pura sibuk menyendok bubur dengan lahap. Akan tetapi dari sudut matanya terlihat orang-orang mulai tidak suka. Entah iri atau merasa kalah pamor dengan dirinya yang bukan apa-apa di kepengurusan gereja.

"Lho bapak Uskup kok disini?" tiba-tiba romo datang dengan keheranan

"Lha iya, ini tadi si Gilang pingsan trus tak gendong ke sini, lumayan, olahraga ha.. ha.. ha..."

.

Sumber:

MORNING DEVOTIONAL - WHEN APPEARANCES ARE DECEIVING, HOW DO YOU CARE FOR YOUR HEART? - LUKE 11:37-41 (RENUNGAN PAGI - Nuel Nuwa, MSF)

Catatan:

Romo: Pastur

Ad Maiorem Dei Gloriam: semboyan yang kurang lebih artinya agar semakin besar nama Tuhan. Mempunyai makna agar dalam melakukan pelayanan untuk Tuhan tidak usah mencari nama atau pujian atau nama yang terkenal, yang paling penting adalah nama Tuhan semakin ditinggikan.


.

Desidero tibi servire, Deus

Parjo

   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun