"Mungkin yan..."
"Ehem mas, mbak semua. Maaf, saya kenal mas Gilang sudah lama, sudah lebih dari delapan tahun. Sejak saya belum segendut ini ha.. ha.. ha.. Jadi ya, saya tahu rumah kakeknya Gilang"
Wowwh... serempak mereka terkesima meskipun lirih. Gilang yang sedang minum tersedak, mau protes tapi tubuhnya masih lemah. Lelaki itu memberi kode agar ia berbaring saja, tidak usah duduk dulu. Lelaki itu tahu bahwa Gilang tidak mau orang-orang yang hadir tahu sepak terjangnya.
"Jadi begini, mas Gilang ini sudah lama membantu saya mendokumentasikan acara-acara baik di daerah maupun di luar daerah. Mas-mas dan mbak pada tidak tahu kan? Ya, karena dia tidak suka ada foto dirinya terekspos, yang ada ya hasil foto dokumentasinya. Sepertinya dia penganut garis keras, Ad Maiorem Dei Gloriam, yang penting nama-Nya semakin besar, namanya sendiri makin nyungsep ha.. ha.. ha..."
Gilang yang jadi pusat perhatian pura-pura sibuk menyendok bubur dengan lahap. Akan tetapi dari sudut matanya terlihat orang-orang mulai tidak suka. Entah iri atau merasa kalah pamor dengan dirinya yang bukan apa-apa di kepengurusan gereja.
"Lho bapak Uskup kok disini?" tiba-tiba romo datang dengan keheranan
"Lha iya, ini tadi si Gilang pingsan trus tak gendong ke sini, lumayan, olahraga ha.. ha.. ha..."
.
Sumber:
Catatan: