Mohon tunggu...
Halmar Halide
Halmar Halide Mohon Tunggu... Guru Besar Hidrometeorologi Dept Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin

Saya pengguna AI untuk aneka masalah mulai dari pembuatan puisi hingga coding prediksi iklim dan cuaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Piranti penangkal publikasi karya ilmiah dari jebakan jurnal bermasalah

12 Juli 2025   12:56 Diperbarui: 13 Juli 2025   05:04 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel ini adalah kelanjutan dari dua artikelku pada tanggal 17 Juni 2025 ("Upaya mengeluarkan kampus-kampus dari zona integritas tak-nyaman") dan 19 Juni 2025 ("Orientasi kebijakan kampus dalam menangani situasi pada zona integritas tak-nyaman") yang terbit di Kompasiana. Kedua artikel tersebut muncul sebagai respons keberadaan 13 kampus tanah air dalam zona integritas riset berisiko. Artikel kali ini berisi sedikitnya 3 hal penting: pertama, jawaban atas dua pertanyaanku kepada profesor Lokman Meho sang pembuat Ri2 (Research Integrity Risk Index); kedua, lahir dan disebarkannya piranti Unhas Journal Watch (UJW) untuk mencegah civitas academica tanah air memasukkan artikel ilmiahnya ke dalam jurnal bermasalah; ketiga, langkah mengatasi tantangan lain yang muncul dari Ri2. 

Mengapa hanya ada 13 kampus di Indonesia yang tercatat pada tabel Ri2 yang diberi warna merah, orange dan kuning? Apakah hanya mereka itu sajakah yang bermasalah? Saya pun menghubungi pembuat metrik risiko integritas ini melalui e-mailnya di American University of Beirut, Libanon. Alumni pascasarjana dari 2 kampus di USA ini pun segera merespon. Data tahun 2023-2024 mencatat ada 20 kampus Indonesia yang jumlah publikasinya antara 1237 (UPI) dan 6034 (UNAIR) pada jurnal terindek Scopus. Tabel Ri2 yang baru saja di-release itu hanya memuat kampus dengan jumlah publikasi minimal 1588 buah. Kampus BINUS dengan jumlah publikasi 1723 buah akhirnya termasuk pada daftar 13 kampus itu. Pertanyaan saya selanjutnya adalah apakah tabel Ri2 akan di-update? Prof L. Meho menjawab: iya, tabel akan di-update dua kali setahun (bi-annual). Update selanjutnya akan menyertakan tambahan 500 buah kampus dunia dimana 7 kampus diantaranya adalah kampus dari Indonesia. 

Mengapa saya juga menanyakan tentang updating (pembaharuan) tabel Ri2? Ini tak lain untuk mengevaluasi kemampuan dan efektivitas suatu piranti (tool) yang kami kembangkan untuk menurunkan risiko integritas dari kampus di tanah air. Salah satu faktor yang yang memiliki pengaruh signifikan adalah persentase publikasi civitas academica pada jurnal yang discontinued /delisted dari database Scopus. Tool itu dinamakan Unhas Journal Watch (UJW) yang dirancang oleh alumni peminatan meteorologi bernama Muhlis dalam 2 (dua) platform: Discord dan Telegram. Dengan meng-klik tautan: https://t.me/Unhas_Journal_Watch_Bot, seorang pengguna mengetikkan ISSN atau e-ISSN suatu jurnal, UJW akan menampilkan sejumlah informasi: nama jurnal, kuartil Scimago jurnal tersebut (kalau ada), coverage, tautan homepage, status jurnal (aktif, discontinued, predator, atau cloned/hijacked) dan rekomendasi. Pada hari Senin tanggal 14 Juli 2025, UJW akan operasional pada 5 hari kerja (Senin hingga Jumat) dari pukul 9 pagi hingga 3 petang. Ini unuk menyesuaikan dengan jadwal Lab. Hidrometeorologi yang komputernya dijadikan sebagai local-host tool UJW. Dengan kehadiran UJW ini, seseorang dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap jurnal yang akan digunakan untuk mempublikasikan hasil risetnya.

Apakah UJW ini akan dikembangkan lagi? Tentu saja. Salah satu hal yang menjadi tantangan adalah menjadikan UJW sebagai sebuah predictive tool -- ia akan memprediksi apakah suatu jurnal akan berubah status pada suatu waktu di kemudian hari, misalnya dari status aktif menjadi status discontinued/delisted. Tantangan tersebut muncul dari kisah seorang peserta sosialisasi UJW di LPPM Unhas pada tanggal 10 Juli lalu. Untuk menjawab tantangan ini, kami akan mengumpulkan data rekaman jejak sebuah jurnal yang membuatnya berstatus delisted/discontinued.  Sejumlah faktor yang ditengarai misalnya adalah adanya penurunan jumlah artikelnya yang disitasi (cerminan kualitas), peningkatan jumlah retraksi artikelnya (indikasi pelanggaran etika) dan adanya peningkatan signifikan jumlah artikel dan isu yang diterbitkan (orientasi meraup keuntungan dari penulis). Dengan menggunakan AI (Artificial Intelligence), faktor-faktor ini akan dimodelkan dan diverifikasi tingkat akurasinya. Kemampuan memprediksi jurnal yang akan discontinued/delisted pada masa mendatang kemudian akan diintegrasikan ke dalam tool UJW.

Bermula dari kekuatiran pimpinan kampus tentang status risiko integritas riset civitasnya, piranti UJW ini dikembangkan. Kehadirannya diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan para akademisi sebelum memasukkan (submit) artikel ilmiah yang dihasilkannya ke dalam suatu jurnal. Dengan hanya memasukkan artikelnya pada jurnal yang aktif dan masih terindeks pada database Scopus, ia akan turut berkontribusi pada menurunnya indeks resiko integritas riset kampusnya.

Halmar Halide @ https://trg.unhas.ac.id/climatebmd/

Kepala Lab. Hidrometeorologi, Dept. Geofisika, FMIPA Universitas Hasanuddin

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun