Halo Perkenalkan Nama saya Halimatus Zahro, mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura. Saya senang menulis tentang perubahan sosial dan isu-isu pendidikan di sekitar kita. Tulisan ini saya buat sebagai bagian dari tugas Uas mata kuliah yang diampu oleh Bapak Mohtazul Farid, S. Sos., M. Sosio., dosen yang membimbing saya memahami teori-teori sosial dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat buat yang membaca!
Dari Ruang Kelas ke Ruang Digital
Selama berabad-abad, pendidikan identik dengan ruang kelas, papan tulis, dan guru berdiri di depan siswa. Sekolah menjadi tempat utama, bahkan satu-satunya, untuk belajar. Namun, dalam dua dekade terakhir terutama sejak pandemi COVID-19 cara pandang itu berubah drastis. Kini, belajar tidak lagi harus dilakukan di sekolah. Anak-anak bisa belajar dari rumah, dari kafe, bahkan sambil bepergian. Perubahan ini terjadi berkat kemajuan teknologi dan transformasi sosial yang menyertainya.
Platform belajar daring seperti Google Classroom, Ruangguru, Zenius, dan YouTube Edu telah membuka ruang-ruang baru dalam proses belajar. Akses internet memungkinkan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, untuk belajar. Orang tua kini bisa ikut terlibat aktif mendampingi anak belajar di rumah. Belajar pun menjadi lebih fleksibel, personal, dan beragam. Namun, apakah perubahan ini hanya soal teknologi? Tidak. Ini adalah perubahan sosial besar-besaran dalam dunia pendidikan. Peran guru, sekolah, dan keluarga ikut bergeser. Nilai-nilai dalam belajar pun mengalami transformasi. Mari kita pahami perubahan ini lebih dalam melalui teori dan analisis.
Teori Perubahan Sosial: Menjelaskan Pergeseran Dunia Belajar
Perubahan dalam pola belajar adalah bagian dari perubahan sosial. Berikut teori-teori yang bisa menjelaskan:
a. Teori Evolusi Sosial (Comte & Spencer)
Masyarakat mengalami perkembangan bertahap dari tradisional ke modern. Dalam pendidikan, ini terlihat dari pergeseran metode mengajar dari tatap muka klasik menjadi pembelajaran digital. Belajar dari rumah menjadi bagian dari evolusi sistem pendidikan yang lebih fleksibel dan adaptif.
b. Teori Difusi Inovasi (Everett Rogers)
Belajar dari rumah merupakan bentuk inovasi yang menyebar dari satu wilayah ke wilayah lain. Awalnya dilakukan oleh kelompok kecil (early adopters), lalu meluas ke masyarakat umum, apalagi saat pandemi memaksa semua orang belajar dari rumah.
c. Teori Konflik (Karl Marx)
Perubahan ini juga membuka kesenjangan: siapa yang punya akses internet dan gadget bisa belajar dari rumah, sementara yang tidak, tertinggal. Ini menunjukkan adanya ketimpangan sosial dalam akses pendidikan digital.
d. Teori Struktural Fungsional (Talcott Parsons)
Sistem pendidikan berubah karena masyarakat membutuhkan cara belajar yang baru di tengah situasi yang tidak memungkinkan hadir di sekolah (seperti pandemi). Agar masyarakat tetap seimbang, struktur pendidikan harus menyesuaikan diri, termasuk membuka opsi belajar dari rumah.
Analisis: Belajar dari Rumah sebagai Perubahan Sosial Baru
a. Dulu: Belajar Harus di Sekolah
Sebelum era digital, belajar sangat identik dengan kehadiran fisik di sekolah. Guru menjadi satu-satunya sumber ilmu, dan sistem pembelajaran bersifat satu arah. Orang tua hanya mendampingi secara tidak langsung, misalnya mengantar anak ke sekolah atau membayar biaya pendidikan.
b. Kini: Belajar Bisa dari Mana Saja
Perubahan besar terjadi ketika teknologi digital masuk ke dunia pendidikan E-learning menjadi normal anak bisa belajar lewat aplikasi dan video interaktif. Orang tua berperan aktif dalam proses belajar, terutama di rumah. Anak belajar dengan gaya masing-masing ada yang suka visual, audio, atau praktik langsung Sumber belajar melimpah tidak hanya buku pelajaran, tapi juga podcast, vlog, kuis digital, dan forum diskusi daring. Sekolah tidak lagi satu-satunya pusat ilmu , belajar menjadi lebih demokratis.
Pandemi sebagai Titik Balik
Pandemi COVID-19 menjadi katalisator perubahan ini. Sekolah-sekolah terpaksa tutup, dan jutaan siswa harus belajar dari rumah. Di sinilah peran teknologi menjadi sangat penting. Banyak orang tua yang awalnya tidak paham teknologi kini mulai belajar. Guru-guru pun mulai membuat video pembelajaran, menggunakan Zoom, bahkan membuat grup WhatsApp belajar. Inilah momen ketika pendidikan masuk ke ruang keluarga.
Dampak Sosial: Positif dan Tantangan
Dampak positif:
1.Fleksibilitas waktu dan tempat dalam belajar.
2.Anak bisa belajar sesuai minat dan kecepatan masing-masing.
3.Orang tua lebih tahu perkembangan anak.
4.Teknologi membuat belajar lebih menarik (game edukasi, animasi, dll).
Tantangan:
1.Ketimpangan digital banyak siswa di daerah tertinggal tidak bisa mengakses internet atau tidak punya HP.
2.Kelelahan digital anak-anak menjadi kecanduan layar dan cepat lelah.
3.Kehilangan interaksi sosial  belajar dari rumah mengurangi kemampuan komunikasi dan kerja tim.
4.Orang tua terbebani karena harus bekerja sekaligus mengawasi anak.
Perubahan ini juga menyentuh nilai dan struktur sosial Guru bukan satu-satunya sumber ilmu, tapi tetap berperan sebagai pemandu.
Sekolah tidak lagi mutlak sebagai ruang belajar, tapi jadi tempat koordinasi dan karakterisasi. Orang tua berubah peran dari hanya membiayai jadi mendampingi secara aktif.nak menjadi lebih mandiri (atau lebih tergantung, jika tidak diawasi).
Menyongsong Masa Depan Pendidikan yang Lebih Adaptif
Perubahan cara belajar dari yang eksklusif di sekolah menjadi bisa dilakukan di rumah adalah salah satu contoh perubahan sosial terbesar di era modern. Teknologi tidak hanya mempercepat proses belajar, tetapi juga mengubah peran, nilai, dan pola interaksi dalam pendidikan. Belajar dari rumah bukan berarti menghapus peran sekolah, tapi melengkapi dan memperkuat fungsi pendidikan. Masa depan pendidikan adalah kolaboratif antara sekolah, keluarga, masyarakat, dan teknologi.
Agar perubahan ini berdampak positif, perlu kerja sama semua pihak pemerintah menjamin akses, guru beradaptasi, orang tua mendampingi, dan siswa diberi ruang untuk belajar sesuai potensinya. Dengan begitu, perubahan sosial ini bukan hanya memperluas akses pendidikan, tapi juga memperkuat kualitas dan nilai-nilai dalam proses belajar.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI