Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Taliban dalam Perspektif Islam dan Global

19 Agustus 2021   12:16 Diperbarui: 26 Oktober 2021   12:58 2562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika pemerintahan Taliban baru berjanji (karena tahu diragukan banyak pihak) tidak akan menjalankan pemerintahan secara keras dan otoritarian, merangkul semua pihak, dan menjaga kebebasan. Sejarah masa lalu, kebutuhan ekonomi yang tinggi para pejuang, sistem patriarki Islam yang kuat, dan kenikmatan kehidupan duniawi, wajarlah jika pernyataan perubahan Taliban tersebut diragukan banyak pihak.

Keberhasilan kudeta itupun sebagian besar adalah faktor Amerika yang mundur karena dari segi politik ekonomi tetap berada di sana sudah tidak menguntungkan lagi. Apalagi pandemi covid-19 yang melanda dunia juga mau tidak mau mempengaruhi kondisi keuangan Amerika sebagai 'polisi dunia'. 

Menurut Biden, mahalnya biayai perang di negara lain dalam kendali Amerika yang tidak ada kontribusi ekonominya bukanlah keputusan yang tepat. Ditambah kerjasama dengan pemerintahan presiden Ashraf Gani yang juga terindikasi korup membuat kantong Amerika menjadi sulit dikendalikan bocornya.

Analisa berikutnya adalah kekhawatiran keberlangsungan Afghanistan dalam kendali Taliban yang akan semakin menjadikan negara tersebut sebagai pengekspor narkotika kelas wahid dunia di bawah kendali Mawlawi Hibatullah Akhundzada, yang kini menjadi pemimpin kelompok ini. 

Kedua, rencana dukungan investasi China dan Rusia yang juga tidak bisa kita lepaskan begitu saja karena sejarah Taliban sendiri awalnya juga cenderung berhaluan Marxis akibat terlalu lama 'bergaul' dengan Soviet masa lalu. 

Inilah menariknya mengamati Afghanistan di masa depan. China dan Rusia yang secara kajian teoritis lebih cenderung berpaham komunisme, saat ini juga sudah hampir menjadi negara kapitalis. Dua ideologi yang sedari awal kemunculannya sangat rigid berhadapan, karena kepentingan ekonomi ternyata harus saling melengkapi. Materialisme historis Marx yang berpendapat bahwa base structure pergerakan manusia adalah materi, saat ini telah mencapai puncaknya.

Dari persektif Indonesia; Afghanistan, Suriah, Yaman, Iran, Irak, Libya, dan Lebanon  cukup malang nasibnya. Tdak ada seruan donasi ketika suatu negara muslim lain berkonflik segempita dan seistimewa Palestina. Padahal sisi kemanusiaan yang menjadi alasan donasi dan simpati itu sama ketika suatu negara berkonflik. Penyebabnya? Karena musuhnya adalah Yahudi. Dan seperti dugaan kita, alasan kemanusiaan itu hanyalah legalisasi tindakan saja. Toh, alasan sebenarnya tetaplah solidaritas agama.

Kita hanya mengurut dada. Karena agama dari segi kritik historis, selalu hanya menjadi alat untuk mencapai komoditas kekuasaan. Ketika kekuasaan itu direngkuh justru agama sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Sekali lagi, agama dan dogma berhasil menyatukan banyak kepentingan individunya, kepada tujuan yang bukan untuk agama itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun