Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membandingkan Kebijakan Terkait Pangan (Beras) Antara Indonesia Dan Jepang

11 April 2025   12:29 Diperbarui: 11 April 2025   12:29 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyambut kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang, Ishiba Shigeru, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Ba

 

Membandingkan Kebijakan Terkait Pangan (Beras) Antara Indonesia Dan Jepang

Bagaimana dengan kebijakan harga, mulai dari harga sarana produksi, benih, pupuk, Obat-obatan pertanian, harga beras di tingkat petani hingga konsumen, kebijakan logistik, kebijakan impor, cadangan pangan, dan seterusnya ?

Pertanyaan ini menyentuh inti dari sistem ketahanan pangan yang sehat dan berkeadilan---yakni bagaimana negara mengatur harga dan distribusi dari hulu ke hilir. 

Mari kita bandingkan kebijakan harga dan logistik Indonesia vs Jepang dalam sistem pangan beras secara komprehensif:

1. Harga Sarana Produksi (Input: Benih, Pupuk, Obat-Obatan)

Indonesia:

  • Benih: Sebagian disubsidi, tetapi distribusinya sering terlambat atau tidak merata.
  • Pupuk: Disubsidi besar-besaran (Urea, NPK, SP36), namun stok dan distribusi sering bermasalah.
  • Obat-obatan: Bebas dijual di pasaran, harga tidak dikontrol, seringkali mahal dan tidak efisien.
  • Harga input berfluktuasi, tergantung pasokan dan distribusi.

Jepang:

  • Harga sarana produksi relatif mahal, tapi disubsidi langsung ke petani atau melalui koperasi.
  • Petani membeli lewat JA (Japan Agricultural Cooperatives) dengan kualitas dan harga yang transparan dan stabil.
  • Negara melindungi petani dari fluktuasi harga input.

2. Harga Beras di Tingkat Petani

Indonesia:

  • Harga beras ditentukan oleh pasar, tapi pemerintah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
  • Sayangnya, HPP sering tidak sesuai dengan biaya produksi, apalagi saat panen raya.
  • Petani sering menjual saat harga rendah karena kebutuhan likuiditas dan tidak ada sistem penyangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun