Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perbandingan Sistem Produksi Beras (Padi) di Indonesia dan Jepang

11 April 2025   11:00 Diperbarui: 11 April 2025   10:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persemaian benih padi di bawah Greenhouse di Jepang (tabloidsinartani.com)

Saya ingin masuk dulu ke perbandingan antara Indonesia dan Jepang dalam hal bagaimana sistem produksinya, mulai apa jenis atau varietas padi yang banyak ditanam, bagaimana penggunaan teknologinya, rata rata luas lahan petani Jepang, dukungan sarana prasarana produksi, penggunaan pupuk (kimia maupun organik), obat-obatan pertanian, ZPT, dan lainnya, hingga bagaimana pasca panennya ?

Ini bagian yang sangat menarik untuk dibandingkan karena menyentuh jantung dari ketahanan pangan: sistem produksi beras. Yuk kita ulas secara terstruktur poin demi poin antara Indonesia vs Jepang:

1. Jenis atau Varietas Padi

Indonesia:

  • Menggunakan banyak varietas unggul seperti: Ciherang, IR64, Inpari, dan lainnya.
  • Fokus pada produktifitas tinggi dan tahan hama/penyakit, namun ketahanan rasa dan aroma tidak selalu diutamakan.
  • Banyak varietas hibrida dan hasil riset nasional melalui Balitbangtan dan BRIN.

Jepang:

  • Varietas populer: Koshihikari, Hitomebore, Akitakomachi.
  • Fokus utama pada rasa, aroma, dan tekstur nasi (sticky rice khas Jepang).
  • Sangat menjaga kemurnian varietas, kualitas premium untuk konsumsi domestik dan ekspor.

2. Teknologi Budidaya

Indonesia:

  • Masih banyak petani menggunakan cara tradisional dan setengah mekanis.
  • Penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) meningkat tapi belum merata.
  • Budidaya intensif tenaga kerja, terutama di lahan kecil.

Jepang:

  • Sudah sangat termekanisasi: traktor kecil, mesin tanam padi (rice transplanter), mesin panen (combine harvester), drone pertanian, dan IoT/sensor.
  • Penggunaan pertanian presisi (precision agriculture) semakin umum.
  • Minim tenaga kerja, karena petani sedikit dan banyak yang lansia.

3. Luas Lahan Petani

Indonesia:

  • Rata-rata kecil: 0,3 -- 0,5 hektar per petani.
  • Fragmentasi lahan karena warisan dan pembagian antar anak.
  • Menyulitkan efisiensi dan adopsi teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun