Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Al-Kahfi : Kisah Dan Pelajaran Tentang Pemilik Dua Kebun Dalam Ayat 32-44 Suratul Kahfi

4 April 2025   04:34 Diperbarui: 4 April 2025   03:42 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebun Anggur  (alhidayah.id)

Kisah Pemilik Dua Kebun dalam Surat Al-Kahfi Ayat 32-44 adalah salah satu kisah yang mengandung pelajaran mendalam tentang kesombongan, kelalaian, dan ketergantungan kepada dunia, serta keutamaan tawakal dan syukur kepada Allah. Berikut adalah kisahnya secara rinci:

1. Pemberian Nikmat yang Berlimpah

Allah menceritakan tentang dua orang lelaki, salah satunya diberi dua kebun anggur yang luas dan subur, dikelilingi oleh pohon kurma, serta diapit oleh ladang yang menghasilkan hasil panen melimpah. Allah juga menyediakan sungai yang mengalir di antara kebun-kebunnya, sehingga tanahnya selalu subur.

Pemilik kebun ini hidup dalam kemewahan, memiliki banyak harta, dan lebih banyak anak dibanding orang lainnya. Kekayaannya membuatnya sombong dan lupa bahwa semua itu adalah pemberian Allah.

2. Kesombongan Pemilik Kebun

Suatu hari, pemilik kebun berbincang dengan sahabatnya yang lebih miskin. Dengan sikap sombong, ia berkata:

"Aku lebih banyak hartanya daripadamu dan lebih kuat pengaruhnya (dalam masyarakat)." (QS. Al-Kahfi: 34)

Ia kemudian memasuki kebunnya dengan penuh kebanggaan, merasa bahwa kekayaannya akan kekal dan tidak akan pernah hilang. Ia juga meragukan hari kiamat:

"Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Aku juga tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Dan seandainya pun aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapatkan tempat kembali yang lebih baik dari ini." (QS. Al-Kahfi: 35-36)

Ucapan ini menunjukkan kesombongannya dan kelalaiannya terhadap Allah, karena ia menganggap kekayaannya sebagai hasil usahanya sendiri, bukan karunia Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun