Perbedaan antara sakit fisik dan sakit kejiwaan bisa dilihat dari berbagai aspek, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara pengobatannya. Berikut adalah beberapa perbedaannya:
1. Penyebab
- Sakit Fisik: Disebabkan oleh faktor biologis seperti infeksi, cedera, peradangan, gangguan organ, atau kelainan genetik.
- Sakit Kejiwaan: Disebabkan oleh kombinasi faktor psikologis, sosial, dan biologis, seperti trauma, tekanan emosional, stres berkepanjangan, atau ketidakseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter).
2. Gejala
- Sakit Fisik: Gejala lebih tampak secara langsung, seperti nyeri, demam, bengkak, luka, atau gangguan fungsi tubuh tertentu.
- Sakit Kejiwaan: Gejala lebih banyak terkait dengan perubahan emosi, pola pikir, dan perilaku, seperti kecemasan berlebihan, depresi, halusinasi, atau gangguan tidur.
3. Diagnosis
- Sakit Fisik: Bisa didiagnosis dengan pemeriksaan medis seperti tes darah, rontgen, MRI, atau pemeriksaan fisik oleh dokter.
- Sakit Kejiwaan: Biasanya didiagnosis melalui wawancara psikologis atau psikiatris, berdasarkan gejala yang dialami pasien dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan standar dalam DSM-5 atau ICD-10.
4. Pengobatan
- Sakit Fisik: Umumnya diobati dengan obat-obatan (antibiotik, analgesik, dll.), terapi fisik, operasi, atau perubahan gaya hidup.
- Sakit Kejiwaan: Pengobatan bisa melibatkan psikoterapi (terapi bicara), obat-obatan seperti antidepresan atau antipsikotik, serta terapi sosial dan dukungan dari keluarga.
5. Dampak
- Sakit Fisik: Bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh dan keterbatasan fisik, tetapi sering kali tidak terlalu memengaruhi pola pikir dan perasaan seseorang.
- Sakit Kejiwaan: Dapat memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam kondisi berat bisa menyebabkan kesulitan menjalani kehidupan sehari-hari.
Namun, sakit fisik dan sakit kejiwaan sering kali saling berkaitan. Misalnya, stres dan depresi dapat melemahkan sistem imun, sehingga seseorang lebih rentan terhadap penyakit fisik. Sebaliknya, penyakit fisik kronis seperti kanker atau diabetes bisa menyebabkan depresi atau kecemasan.
Maka dari itu, pendekatan holistik dalam kesehatan sangat penting, yaitu mengobati tubuh dan pikiran secara bersamaan.
Sakit fisik biasanya bisa dirasakan oleh yang bersangkutan, tetapi sakit kejiwaan orang lain yang lebih bisa merasakan. Bagaimana menurut Anda ?
Pernyataan itu ada benarnya, tetapi ada juga nuansa yang perlu diperjelas.
Sakit Fisik: Lebih Mudah Dirasakan oleh Penderitanya
Sakit fisik umumnya memiliki gejala yang nyata dan langsung dirasakan oleh individu yang mengalaminya, seperti nyeri, demam, atau kesulitan bergerak. Karena sensasi sakit berasal dari sistem saraf, penderita bisa langsung mengidentifikasinya. Orang lain bisa melihat tanda-tanda eksternal (misalnya wajah meringis, pincang, atau adanya luka), tetapi rasa sakit yang sebenarnya hanya diketahui oleh penderita.
Sakit Kejiwaan: Sering Lebih Terlihat oleh Orang Lain
Sebaliknya, sakit kejiwaan sering kali tidak langsung disadari oleh penderitanya, terutama dalam kasus gangguan mental yang berkembang secara perlahan.
- Penderita bisa merasa "baik-baik saja," padahal orang lain melihat adanya perubahan sikap, emosi, atau perilaku yang mengkhawatirkan.
- Misalnya, seseorang dengan depresi mungkin merasa bahwa hidupnya normal, tetapi orang-orang di sekitarnya melihatnya kehilangan semangat, menarik diri dari pergaulan, atau menunjukkan tanda-tanda kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai.
- Gangguan seperti skizofrenia atau bipolar bisa menyebabkan penderita menyangkal kondisinya, sementara keluarga dan teman melihat perubahan yang signifikan.
Namun, Ini Tidak Selalu Mutlak
Ada juga kasus di mana seseorang menyadari sakit kejiwaannya, tetapi orang lain tidak menyadarinya. Misalnya, seseorang dengan gangguan kecemasan bisa merasa sangat tersiksa oleh pikirannya sendiri, tetapi orang lain melihatnya sebagai orang biasa yang tampak baik-baik saja.
Sebaliknya, ada sakit fisik yang tidak terlalu terasa oleh penderita, tetapi terlihat jelas oleh orang lain. Contohnya:
- Tekanan darah tinggi yang tidak menyebabkan gejala langsung, tetapi orang lain melihat penderitanya mudah marah atau cepat lelah.
- Diabetes yang awalnya tidak terasa, tetapi orang lain melihat perubahan berat badan atau kulit yang mudah terluka.
Kesimpulan
Sakit fisik lebih mudah dirasakan oleh individu, sedangkan sakit kejiwaan sering lebih terlihat oleh orang lain sebelum disadari oleh penderitanya sendiri. Namun, dalam banyak kasus, kombinasi antara kesadaran diri dan pengamatan dari lingkungan sangat penting untuk mendeteksi dan menangani baik sakit fisik maupun sakit kejiwaan secara efektif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI