Muhammad Yamin, sebaliknya, lebih mendukung negara berbasis demokrasi Pancasila, di mana hukum dan budaya lokal tetap menjadi bagian dari pembangunan bangsa. Ia tidak sepenuhnya menolak sistem ekonomi campuran, yang masih memberikan ruang bagi sektor swasta dan pengusaha. Yamin juga percaya bahwa sejarah dan nilai-nilai Nusantara harus menjadi landasan dalam membangun Indonesia, bukan sekadar meniru model sosialisme atau kapitalisme dari luar.
Dari sini terlihat bahwa Tan Malaka lebih berpihak pada kelas pekerja dengan konsep sosialisme, sedangkan Yamin lebih moderat dan tetap mempertimbangkan faktor budaya dan ekonomi nasional.
3. Pandangan tentang Nasionalisme
Konsep nasionalisme juga menjadi titik perbedaan antara Tan Malaka dan Muhammad Yamin.
Tan Malaka melihat nasionalisme sebagai alat untuk revolusi, bukan hanya sekadar kebanggaan terhadap identitas bangsa. Ia ingin Indonesia menjadi pemimpin dalam gerakan anti-kolonial di Asia dan mengusulkan gagasan "Rakyat untuk Rakyat Asia", yang berarti solidaritas antara negara-negara yang tertindas oleh imperialisme Barat. Baginya, kemerdekaan Indonesia harus membawa dampak lebih luas dalam perjuangan rakyat tertindas di dunia.
Muhammad Yamin, sebaliknya, menekankan nasionalisme berbasis sejarah dan kejayaan Nusantara. Ia sering mengangkat warisan Sriwijaya dan Majapahit sebagai inspirasi bagi Indonesia modern. Bagi Yamin, nasionalisme harus didasarkan pada kebanggaan terhadap sejarah bangsa, bukan sekadar perjuangan kelas seperti yang diyakini oleh Tan Malaka. Ia ingin membangun negara yang kuat dengan fondasi sejarah dan budaya yang kokoh, bukan hanya berorientasi pada revolusi.
Perbedaan ini mencerminkan bahwa Tan Malaka lebih berorientasi pada internasionalisme revolusioner, sementara Yamin lebih fokus pada nasionalisme historis yang menekankan kejayaan masa lalu sebagai inspirasi bagi masa depan Indonesia.
Kesimpulan
Perbedaan antara Tan Malaka dan Muhammad Yamin mencerminkan dua arus besar dalam perjuangan Indonesia: satu yang radikal dan revolusioner, serta satu yang lebih moderat dan berbasis diplomasi.
- Dalam strategi perjuangan, Tan Malaka memilih revolusi tanpa kompromi, sedangkan Yamin mendukung diplomasi dan negosiasi.
- Dalam konsep negara, Tan Malaka mengusulkan negara sosialisme berbasis buruh-tani, sementara Yamin mendukung negara demokrasi berbasis hukum dan budaya.
- Dalam nasionalisme, Tan Malaka ingin Indonesia menjadi pemimpin gerakan revolusi Asia, sedangkan Yamin ingin menghidupkan kembali kejayaan Nusantara sebagai dasar nasionalisme Indonesia.
Meskipun berbeda pandangan, keduanya sama-sama memiliki peran besar dalam membentuk pemikiran politik dan ideologi Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI