Status Ekonomi & Sosial yang Wajar Melakukan Flexing
Flexing dianggap wajar atau dapat diterima dalam beberapa kondisi, tergantung pada status ekonomi, sosial, dan tujuan dari flexing itu sendiri. Berikut adalah beberapa kelompok yang lebih dapat diterima untuk melakukan flexing:
1. Pengusaha Sukses & Orang Kaya Baru (New Rich)
-
Mengapa Wajar?
- Banyak orang kaya baru merasa bangga dengan pencapaiannya setelah bekerja keras.
- Flexing mereka bisa menjadi bentuk motivasi bagi orang lain, terutama bagi mereka yang juga ingin sukses secara finansial.
- Contoh: Pengusaha yang dulu miskin lalu memamerkan hasil kerja kerasnya dengan membeli rumah mewah atau mobil mahal.
Kapan Tidak Wajar?
- Jika flexing dilakukan secara berlebihan dan hanya untuk pamer tanpa ada nilai inspiratif.
- Jika flexing ini justru menimbulkan kesenjangan sosial yang mencolok dan membuat orang lain merasa rendah diri.
2. Influencer, Selebriti, & Public Figure
Mengapa Wajar?
- Dalam industri hiburan dan media sosial, flexing sering menjadi bagian dari personal branding.
- Fans atau followers biasanya menyukai gaya hidup mewah dan melihatnya sebagai inspirasi.
- Contoh: Selebriti yang membagikan koleksi tas branded, mobil sport, atau perjalanan mewah.
- Baca juga: Flexing vs Sombong Dalam Perspektif Dari Sudut Pandang Agama, Ilmu Kejiwaan dan Spiritual
Kapan Tidak Wajar?
- Jika flexing dilakukan dengan cara yang merendahkan orang lain atau menunjukkan kesombongan berlebihan.
- Jika dilakukan dalam situasi krisis ekonomi atau bencana yang membuatnya tampak tidak sensitif terhadap penderitaan masyarakat.
3. Atlet, Seniman, dan Orang Berprestasi
Mengapa Wajar?
- Orang-orang dengan pencapaian besar dalam bidang olahraga, seni, atau akademik seringkali menggunakan flexing sebagai cara untuk membuktikan hasil kerja keras mereka.
- Contoh: Atlet yang membeli rumah besar setelah memenangkan kejuaraan dunia.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!