Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Flexing vs Sombong Dalam Perspektif Sudut Pandang Agama, Ilmu Kejiwaan dan Spiritual

20 Februari 2025   08:02 Diperbarui: 20 Februari 2025   08:38 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Joss co.id)

b. Social Comparison Theory (Leon Festinger)

  • Manusia secara alami membandingkan dirinya dengan orang lain.
  • Flexing sering muncul karena seseorang ingin terlihat lebih unggul dalam hierarki sosial.
  • Dalam era media sosial, ini diperparah dengan "Highlight Reel Effect", di mana orang hanya menampilkan sisi terbaiknya dan membandingkannya dengan hidup nyata orang lain.

c. Narcissistic Personality Traits

  • Beberapa bentuk flexing berasal dari ciri-ciri narsistik, seperti kebutuhan untuk dikagumi dan kurangnya empati.
  • Orang dengan kecenderungan narsistik menggunakan flexing untuk membangun citra diri yang superior.

d. The Hedonic Treadmill Effect

  • Flexing sering berujung pada siklus konsumsi tanpa akhir karena kebahagiaan yang diperoleh dari pamer bersifat sementara.
  • Setelah mendapatkan validasi, individu merasa perlu flexing lebih besar untuk mendapatkan efek yang sama.

B. Sombong dalam Psikologi

a. Grandiose Delusions & Ego Inflation

  • Sombong adalah bentuk ego yang membesar (inflated ego), di mana seseorang merasa lebih baik dari orang lain.
  • Ini sering ditemukan dalam gangguan narsistik patologis atau delusi kehebatan (grandiose delusions).

b. The Dunning-Kruger Effect

  • Orang sombong sering kali menganggap dirinya lebih pintar atau lebih hebat daripada yang sebenarnya.
  • Mereka bisa meremehkan orang lain karena kurangnya kesadaran akan keterbatasan mereka sendiri.

c. Lack of Empathy & Humility

  • Kesombongan sering kali dikaitkan dengan kurangnya empati terhadap orang lain.
  • Orang sombong cenderung memandang rendah orang lain dan sulit menerima kritik.

2. Perspektif Spiritual (Keagamaan dan Filsafat Spiritual)

Dalam spiritualitas, flexing dan sombong adalah cerminan ketidakseimbangan jiwa dan keterikatan pada dunia material.

A. Flexing dalam Spiritualitas

a. Keinginan Duniawi (Material Attachment)

  • Dalam banyak ajaran spiritual, keinginan untuk menunjukkan status duniawi dianggap sebagai penghalang menuju kedamaian batin.
  • Dalam Islam, konsep ghurur (tertipu oleh dunia) menjelaskan bagaimana manusia bisa terperangkap dalam ilusi kebahagiaan duniawi.
  • Dalam Buddhisme, flexing adalah bentuk keterikatan terhadap "Maya" (ilusi dunia) yang menyebabkan penderitaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun