Keesokan paginya, seorang tamu bernama Ara datang ke penginapan itu. Ia seorang jurnalis yang sengaja mencari tempat dengan reputasi aneh, setelah mendengar desas-desus tentang kamar 27 yang sering disebut "kamar hilang."
Di resepsionis, Ara bertanya,
"Apakah kamar 27 bisa saya pesan?"
Resepsionis - seorang wanita tua dengan wajah pucat - memandangnya lama.
"Kami... tidak punya kamar 27, Nona. Lantai dua hanya sampai kamar 26."
Ara terdiam. Anehnya, saat ia naik ke lantai dua, jelas-jelas ia melihat pintu bertuliskan angka 27 di ujung lorong. Ia mengetuknya perlahan. Tidak ada jawaban, tapi gagangnya terbuka sendiri.
Di dalam, kamar itu berantakan. Seprai kusut, kaca jendela terbuka, dan di lantai terdapat sebuah kartu nama yang sudah lembab terkena hujan. Di sana tertulis:
Radith Anugrah Prastyo - Sales Manager
(nomor telepon samar-samar terhapus air)
Ara merinding. Ia tahu nama itu. Beberapa hari lalu, ia membaca berita tentang seorang sales yang hilang secara misterius di daerah ini. Tidak ada yang tahu keberadaannya.
Malam harinya, Ara memutuskan merekam suasana kamar dengan kamera. Tepat pukul 11 malam, suara ketukan itu muncul lagi dari dalam lemari. Kamera bergetar, fokusnya buram, namun jelas terlihat bayangan seseorang dari balik pintu lemari.
Dengan tangan gemetar, Ara membuka lemari itu - kosong.
Tapi saat ia memutar ulang rekaman, di dalam video terlihat sosok pria yang mirip Radith, duduk meringkuk di dalam lemari, menatap kamera dengan mata kosong.