Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cerita Anjloknya Omzet Penjual Ketoprak di Batam (Seri I)

28 Maret 2021   18:11 Diperbarui: 28 Maret 2021   20:33 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya biasa" jawab satu pemilik gerobak ini.

"ada telur rebusnya?" lanjut aku

"Ga ada bang, adanya dadar doang" sambil senyum, pemuda itu lanjut menjawab

"Okelah, mau dua porsi ya, pake dadar aja. " jawabku asal aja

"Ada minum apa bang?" lanjut aku

"Air putih aja" jawab si temannya

"Iya tak apalah, aku nanti beli minum di tempat lain aja bang. Jawab aku sambal lirik kiri kanan cari di mana tempat jual minum. Matapun tertuju pada gerobak buah yang bertuliskan "aneka Juss" dan mulai melangkah ke dekat gerobak. Singkatnya, dua porsi (gelas) jus jeruk dengan harga Rp 20.000 dan ini lumayan loh. Di tempat lain, ada yang Rp 15.000/porsi/gelas.

Sehabis dari membeli jus jeruk, penulis langsung menghampiri teman di tempat kami duduk, yang sudah dari tadi main scrool layer hand phone milik dia. Beberapa menit sudah berlalu, kami menunggu. Tidak lama kemudian, dua porsi ketoprak dengan telur dadar di hidangkan kedua pemuda itu.

Ada kerupuk, mereka juga letakkan air mineral dengan kemasan gelas dan sekotak tissue. Kami berdua langsung memulai ritual mencicipi ketoprak. Mungkin karena sudah lama, atau jarang makan lagi di tempat ramai efek pandemi dan protocol Kesehatan. Kami berdua dengan ritual makan sambil ngobrol tentang betapa orang-orang ini sudah tidak berpikir sejauh mana resiko dari pandemi. Mereka lebih piker anak dan istri mereka nanti kelaparan jika mereka sehari saja tidak jualan seperti ini.

Ritual makan pun telah selesai, sudah beres. Sambil nyalkan sebatang rokok, penulis pun berbalik kearah gerobak karena meja tempat kami makan berada di posisi kiri gerobak. Jadi kami membelakangi kedua pemuda itu.

Kedua pemuda pemilik gerobak itu dengan ramah saat penulis mulai ajak mereka ngobrol tentang keramaian, pengunjung sampai pada omzet mereka. Mereka berdua sangat antusias menceritakan. Penulis sendiri sebenanya ingin mengetahui nama mereka berdua. Tetapi, lebih berpikir dengan menanyakan nama mereka, nanti mereka jadi risih, jadi kaku dengan obrolan dan takut memberikan keterangan-keterangan pada penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun