Krisis eksistensial: Banyak remaja bingung menentukan tujuan hidup karena terlalu banyak pilihan yang tersedia.
Minimnya figur panutan: Tidak semua remaja memiliki sosok yang bisa dijadikan teladan dalam proses pembentukan jati diri.
Kecanduan media sosial: Penggunaan media sosial yang berlebihan bisa membuat remaja sulit mengenali diri sendiri secara utuh.
4. Upaya Membantu Remaja Mengembangkan Jati Diri Positif
Untuk membantu remaja membentuk jati diri yang positif di era modern, diperlukan peran aktif dari berbagai pihak, antara lain:
Peran Keluarga: Orang tua perlu memberikan perhatian, kasih sayang, dan menjadi tempat curhat yang aman bagi remaja. Komunikasi terbuka antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun kepercayaan diri remaja.
Peran Sekolah: Guru, terutama guru BK (Bimbingan dan Konseling), dapat memberikan layanan konseling, bimbingan karier, serta penguatan karakter agar remaja memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri.
Peran Teman Sebaya: Lingkungan pertemanan yang sehat sangat membantu remaja dalam mengembangkan jati diri. Teman sebaya bisa menjadi sumber dukungan emosional yang positif.
Pengelolaan Media Sosial: Remaja perlu diajarkan tentang literasi digital, termasuk bagaimana memilah informasi, mengatur waktu penggunaan media sosial, dan membangun citra diri yang sehat.
Selain itu, program pengembangan diri seperti pelatihan soft skill, kegiatan ekstrakurikuler, hingga kegiatan sosial di masyarakat juga bisa membantu remaja mengenali potensi diri dan membentuk karakter positif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI