Contoh: Kepala sekolah membiasakan mengakhiri setiap rapat dengan refleksi singkat, "Apa yang sudah baik?" dan "Apa yang bisa diperbaiki?" sebagai latihan budaya pembelajaran reflektif.
5. Motivator dalam Menghadapi Hambatan:Â Implementasi pembelajaran mendalam tidak lepas dari hambatan, seperti keterbatasan fasilitas, waktu, atau resistensi dari guru dan siswa. Kepala sekolah sebagai motivator harus hadir memberi keyakinan bahwa tantangan dapat diatasi, kaitan dengan Peran Kepala Sekolah:
- Menyemangati guru agar tetap berinovasi meski sarana terbatas, dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
- Mengajak guru dan siswa melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar lebih kreatif.
- Menekankan pada pentingnya proses belajar, bukan hanya hasil.
Sebagai motivator, kepala sekolah adalah sumber energi positif bagi seluruh warga sekolah dalam menjalankan pembelajaran mendalam. Dengan motivasi yang diberikan, guru berani berinovasi, siswa lebih semangat mengeksplorasi pengetahuan, tenaga kependidikan merasa memiliki peran, dan orang tua lebih mendukung. Peran ini menjadikan sekolah sebagai ekosistem pembelajaran yang hidup, dinamis, dan berorientasi pada pembentukan generasi yang berkarakter serta kompeten menghadapi tantangan abad 21.
C. Fasilitator-Kepala sekolah menyediakan dukungan nyata berupa sarana, pelatihan, dan ruang kolaborasi untuk memastikan perubahan berjalan efektif. Peran Kepala Sekolah sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran Mendalam, diantaranya:
1. Fasilitator dalam Penyediaan Sarana dan Prasarana: Pembelajaran mendalam membutuhkan dukungan sarana yang memadai agar siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan secara lebih luas dan mendalam, kaitan dengan peran Kepala Sekolah:
- Menyediakan ruang belajar yang fleksibel dan kondusif, tidak terbatas hanya pada ruang kelas tradisional.
- Mengusahakan ketersediaan media pembelajaran digital, perpustakaan berbasis teknologi, laboratorium, serta akses internet.
- Mengelola anggaran sekolah (RKAS) secara efektif untuk mendukung inovasi pembelajaran mendalam.
Contoh: Kepala sekolah mengalokasikan dana BOS untuk pengadaan perangkat proyektor, laptop, atau learning corner di kelas sebagai pusat eksplorasi siswa.
2. Fasilitator dalam Pengembangan Kompetensi Guru: Guru adalah aktor utama dalam mengimplementasikan pembelajaran mendalam. Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator agar guru memiliki keterampilan yang dibutuhkan, kaitan dengan peran Kepala Sekolah:
- Mendorong dan memfasilitasi guru mengikuti pelatihan, workshop, atau coaching terkait pembelajaran berbasis proyek, inkuiri, atau masalah.
- Menyediakan kesempatan bagi guru untuk berbagi praktik baik melalui peer learning atau komunitas belajar.
- Mengundang narasumber eksternal (dosen, praktisi, atau pengawas sekolah) untuk memperkaya wawasan guru.
Contoh: Kepala sekolah mengadakan coaching clinic bagi guru tentang strategi Project-Based Learning untuk mendukung Kurikulum Merdeka.
3. Fasilitator dalam Membangun Budaya Kolaborasi: Pembelajaran mendalam membutuhkan ekosistem sekolah yang kolaboratif, baik antar guru, antara guru dengan siswa, maupun dengan orang tua, kaitan dengan peran Kepala Sekolah:
- Memfasilitasi forum kolaborasi antarguru lintas mata pelajaran untuk mengembangkan proyek pembelajaran tematik.
- Melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran sebagai sumber belajar (misalnya menghadirkan praktisi, profesional, atau tokoh masyarakat).
- Mendorong kerja sama dengan pihak luar, seperti perguruan tinggi, dunia usaha, atau komunitas lokal.
Contoh: Kepala sekolah menginisiasi program Parent as Learning Partner, di mana orang tua dilibatkan dalam proyek siswa sesuai bidang keahliannya.
4. Fasilitator dalam Penggunaan Teknologi:Â Pembelajaran mendalam sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan teknologi digital untuk memperluas akses sumber belajar, kaitan dengan peran Kepala Sekolah:
- Menyediakan platform e-learning atau memanfaatkan aplikasi pembelajaran yang interaktif.
- Melatih guru dan siswa menggunakan teknologi sebagai media eksplorasi, komunikasi, dan presentasi hasil belajar.
- Mendorong integrasi teknologi ke dalam RPP dan praktik pembelajaran sehari-hari.