Meskipun banyak yang menganggap ini sebagai tren lucu-lucuan, ada juga yang melihatnya sebagai refleksi ketidakpuasan generasi muda terhadap kondisi saat ini.
Menurut Dosen Psikologi Universitas Sanata Dharma, Dr. Agus Wijayanto, tren seperti ini bisa mencerminkan tingkat stres dan kelelahan mental yang dirasakan oleh masyarakat, terutama anak muda.
"Ini bisa jadi bentuk ekspresi ketidakpuasan sosial. Saat individu merasa sulit mendapatkan masa depan yang lebih baik di negara sendiri, mereka mulai melirik opsi di luar negeri," ujarnya.
Namun, tidak sedikit pula yang menganggap bahwa tidak semudah itu untuk benar-benar pindah ke luar negeri. Banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti izin tinggal, perbedaan budaya, hingga biaya hidup yang lebih tinggi.
Reaksi Netizen dan Pakar
Di media sosial, tren ini menuai berbagai respons, mulai dari yang setuju hingga yang kontra.
@indranugrahaX: "Kalau bisa kabur ke negara yang lebih menghargai pekerja dan punya gaji layak, kenapa enggak? #KaburAjaDulu"
@rahmawati87: "Sebelum mikir kabur, coba deh lihat realita di luar negeri. Enggak semuanya lebih baik dari Indonesia."
Di sisi lain, pakar ekonomi berpendapat bahwa fenomena ini mencerminkan brain drain, yaitu perginya talenta muda ke luar negeri karena merasa tidak mendapatkan kesempatan yang cukup di dalam negeri.
Kesimpulan
Tren #KaburAjaDulu bisa jadi hanya sebuah candaan di media sosial, tetapi juga bisa mencerminkan realita sosial yang lebih dalam. Banyak anak muda yang merasa bahwa peluang di luar negeri lebih menjanjikan dibandingkan di negara sendiri.