Mohon tunggu...
Hadi Hartono
Hadi Hartono Mohon Tunggu... Penulis Lepas, Bisnis digital, Editor naonsia.com dan gerungnews.com

Hadi Hartono was born in Tangerang 55 years ago. He has a Bachelor's degree in Business Management from a private university in Jakarta and a diploma in Financial Management from the Akademi Pimpinan Perusahaan – Ministry of Industry in Jakarta. Hadi Hartono served as Director of PT Naya Indo Nusa from 2014 to 2021. He is currently the Chief Editor of the online media Naonsia.com and also manages his personal blog, hadihartono.com. In the organizational world, Hadi was the Chairman of the DPD of the Indonesian Micro and Small Business Association (Hipmikindo) in Banten Province from 2015 to 2020. He has also been a member of the Indonesian Tourism Operators Association (ASPPI) since 2015. He was a member of the Tangerang Regency DPRD for one term and served two terms in the Banten Provincial DPRD. Hadi has written several books, including Mengelola Minimarket Mandiri, published by Indonesia Cerdas in Yogyakarta, From Zero to Owner, published by Andi in Yogyakarta, and Elon Musk: Kaya Karena Inovasi, published by Mafy Media in Solok City. In addition to print books, he has also written dozens of eBooks on business and personal development. Novelis di KBM.ID atau kbm app https://shorturl.at/FMtOG

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Masih Di Sini Brengsek #Puisi Imajiner Chairil Anwar

14 Juni 2025   15:16 Diperbarui: 14 Juni 2025   15:16 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Puisi imajiner Chairil Anwar, 2025)

Aku bukan puing di buku sejarah
bukan wajah yang dicetak di pelajaran kelas tiga
bukan kutipan murahan di bio Instagram---
aku masih hidup!
dalam detak kota yang megap-megap
di balik spanduk kampanye, janji, dan dusta
di sela demo mahasiswa yang diseret truk aparat
aku menulis di dinding retak
pakai darah generasi yang ditikam gajinya sendiri

Hei kalian yang nyaman di kursi---
meja bundar, pendingin ruangan, gelar-gelar dari negeri asing
kalian pikir aku mati di kuburan menteng?
aku justru lahir di setiap kepala yang tak sudi tunduk
di tiap napas kuli bangunan
di tiap peluh tukang ojol yang digaji algoritma
di tiap surat PHK yang ditandatangani oleh sistem

Aku melihat negara menanam luka
dan memanen ketakutan
aku dengar suara guru honorer
yang menulis cerpen untuk makan
aku cium bau lapar dari layar ponsel
status WA, iklan pinjol, dan reels motivasi
sampai otakmu disulap jadi KPI
dan tubuhmu tak lebih dari QR code bernyawa

Kalian panggil ini kemajuan?
Maju macam apa
jika anak petani jual sawah demi kuliah
dan pulang cuma jadi buruh pabrik sepatu
yang produknya tak mampu ia beli?

Aku muntahkan semua eufemisme!
resesi jadi perlambatan pertumbuhan
penggusuran jadi penataan
rakyat miskin jadi masyarakat rentan
Bangsat! Bahkan luka pun sekarang ada eufemismenya
Kalian poles neraka, dan bilang ini pembangunan

Tapi aku belum selesai---
aku masih menggertak dari puisi
yang ditulis di pojok kafe murah
oleh pemuda patah hati dan pengangguran
yang kuliahnya jurusan filsafat
dan hidupnya jadi objek riset sosiologi

Aku masih menolak
semua yang terlalu rapi
terlalu normatif
terlalu steril
karena hidupku adalah cakar ayam di buku harian
adalah teriakan bocah yang lapar
adalah kesunyian ibu yang anaknya ditangkap karena membela tanah

Aku bukan penyair nostalgia
aku bukan hantu nasionalisme palsu
aku adalah getar di tenggorokan yang kau tahan saat protes
aku adalah kata yang kau bisikkan di toilet kantor
karena bosmu memantau lewat CCTV

Aku tetap binatang jalang
yang tak rela ditundukkan oleh rapat-rapat
oleh opini pakar
oleh peraturan yang dibungkus etika

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun