Mayoritas orang Surabaya dan sekitarnya mengenal KBS sebagai wisata keluarga tengah kota yang murah meriah. Ada banyak keluarga yang turun temurun berwisata ke KBS, utamanya ketika libur sekolah maupun hari libur nasional.
Yang sebenarnya, KBS tidak hanya menjadi rumah bagi hewan dan tumbuhan, tetapi sudah menjalankan peran sebagai lembaga konservasi ex-situ (di luar habitat asli) yang mencegah kepunahan satwa langka, tempat penangkaran untuk satwa terancam punah, menjaga kemurnian genetik, serta sebagai fasilitas untuk riset dan edukasi guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian satwa dan keanekaragaman hayati.
Padahal, beberapa tahun silam, KBS pernah mendapatkan stigma buruk. Kebun binatang di tengah kota ini pernah menjadi sorotan dunia. Tahun 2013 silam, salah satu media massa terkenal di Inggris, Daily Mail, bahkan memberikan label seram: Zoo of Death kepada KBS.
Pemberitaan yang muncul di Daily Mail kala itu menggambarkan penderitaan hewan yang tinggal di KBS. Adaf foto Harimau Sumatera yang badannya kurus seolah tidak pernah diberi makan. Hingga foto Burung Pelikan yang berdesakan dalam kandang sempit. Termasuk juga kabar kematian satwa.
Itu salah satu periode kelam yang pernah terjadi di KBS. Kebun binatang ini  pernah mengalami masa krisis. Namun, mereka yang bekerja di KBS, tidak surut semangat untuk tetap memainkan empat peran dan fungsi utama sebagai lembaga konservasi, riset, edukasi, dan rekreasi.
Justru, krisis yang terjadi dan sorotan dunia tersebut menjadi titik balik bagi KBS untuk berbenah. Mereka sigap melakukan transformasi baik dalam tata kelola maupun manajemen satwa. Tentu saja, hasilnya tidak langsung terlihat. Tidak  semudah seperti memberi tanda like pada unggahan di Instagram.
Perubahan menjadi lebih baik tersebut membutuhkan proses panjang. Dan, hasil tidak mengkhianati ikhtiar.Â
Saat ini, banyak orang sudah mulai melihat dan merasakan hasilnya dengan kesehatan satwa di KBS yang semakin meningkat. Reputasi KBS pun membaik. Di sisi lain, dukungan masyarakat semakin besar.
Ruang Harmoni Satwa dan Manusia Berdampingan
Kabar baik dari KBS itu bukan sekadar rebranding. Beberapa waktu lalu, saya datang langsung ke KBS. Kalau kata celetukan orang Surabaya, tidak untuk madakno rupo (menyamakan wajah) dengan Orang Utan. Namun, saya melihat langsung beberapa perubahan positif yang ada di KBS.
Mereka yang bekerja di KBS, telah berupaya membangun harmoni agar antara satwa dan manusia bisa berdampingan.Â