Dinamika yang terjadi di dunia bulutangkis era kekinian, utamanya di sektor tunggal putra, kiranya persis seperti yang digambarkan Pramoedya Ananta Toer dalam novel "Bukan Pasar Malam".
Bahwa, "di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir dan berduyun-duyun pula kembali pulang. Seorang-seorang mereka datang. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana."
Bukankah yang terjadi di lapangan badminton sekarang, tidak jauh dari kutipan terkenal Pramoedya Ananta Toer tersebut?
Tidak terasa, satu demi satu, nama-nama hebat di tunggal putra badminton yang dalam beberapa tahun terakhir bergantian meraih gelar juara, kini jarang terdengar.Â
Bahkan ada yang mendadak pensiun. Tau-tau sudah tidak main.
Sewindu yang lalu , Kento Momota adalah raja di tunggal putra. Dua gelar juara dunia 2018 dan 2019 jad bukti nyata. Dia juga pernah ada di ranking 1 dunia. Paduka! Begitu badminton lovers (BL) Indonesia memanggil Kento Momota.Â
Namun, Momota tau-tau pensiun di usia belum genap 30 tahun pada April 2024 silam. Kecelakaan di Malaysia menjadi penyebab menurunnya penampilannya hingga akhirnya gantung raket.Â
Kini, nama Viktor Axelsen (Denmark) dan Lee Zii Jia (Malaysia) juga seperti menghilang di tahun ini. Cedera jadi penyebabnya. Mereka masih menunggu waktu yang tepat untuk come back.
Sementara di tanah air, dua tunggal putra andalan Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, juga mulai menghilang dari podium juara.
Faktanya, Jojo--panggilan Jonatan Christie belum pernah juara di tahun ini. Sementara Ginting baru kembali bulan Agustus ini setelah pulih dari cedera bahu yang membuatnya menepi dari lapangan selama enam bulan lebih.