Pertandingan semifinal ini juga membuka mata badminton lovers. Bahwa Fajar/Fikri mungkin memang bukan tukang smash yang smashnya super kencang.
Tapi, mereka tahu menempatkan bola di posisi yang sulit dijangkau. Smash mereka itu presisi. Karena memang smash bukan hanya soal kencang tapi juga presisi dan menghasilkan poin.
Final tercepat, Fajar/Fikri mendominasi melawan pasangan MalaysiaÂ
Dan di final, Fajar/Fikri bertemu ganda Malaysia yang juga sedang bersinar di tahun 2025 ini. Yakni pasangan Aaron Chia/Soh Wooi Yik. Apalagi, mereka dilatih Coach Naga Api Herry Ip yang pernah melatih Fajar dan Fikri.
Yang terjadi, Fajar/Fikri bikin Aaron/Soh, sang juara Thailand Open 2025 dan Singapore Open 2025 ini tidak berdaya.Â
Bayangkan, Fajar/Fikri unggul jauh 11-2 di interval pertama game pertama. Mereka lantas menang 21-15 di game pertama.
Di game kedua, Fajar/Fikri kembali mendominasi. Pukulan-pukulan cepat dan serasa ajaib, membuat Aaron/Soh seperti kaget menghadapi lawan dengan gaya main jenis baru. Fajar/Fikri pun menang 21-14 dan jadi juara.
Final tersebut dimenangkan Fajar/Fikri hanya dalam waktu 35 menit. Itu final paling singkat dari lima pertandingan final China Open 2025 yang dimainkan Minggu (27/7) siang hingga petang.
Padahal, sektor ganda putra selama ini selalu ketat. Seringkali terjadi rubber game. Tapi, dominasi Fajar/Fikri mematahkan stigma itu.
"Juara China Open 2025. Pasangan dadakan tapi satu hati dan satu tujuan. Perjalanan ini nggak mudah tapi penuh makna," tulis Fajar di akun Instagramnya.
Gelar China Open 2025 ini menjadi gelar pertama bagi ganda putra Indonesia di tahun 2025 ini sekaligus gelar perdana di level Super 1000 setelah Indonesia kering gelar.