Pemain yang masuk pelatnas, dia harus siap dan berkomitmen untuk mengikuti program latihan yang terstruktur dan intensif di bawah pengawasan pelatih nasional.Â
Mereka mendapatkan pengawasan dan pembinaan ketat dari pelatih dan tim pendukung.
Sementara untuk pemain non pelatnas, mereka akan berlatih mandiri atau bergabung di klub bulutangkis yang membesarkan namanya. Itu pula yang dilakukan Jojo dengan kembali berlatih di klub Tangkas Specs.
Dia juga masih bisa mengajak pelatih untuk mendampinginya. Tentu, bukan seperti pelatih di Pelatnas yang ditunjuk resmi oleh PBSI.
Dari sini, kita bisa menarik kesimpulan awal, bahwa dengan memutuskan keluar dari Pelatnas dan menjadi pemain non pelatnas, Jojo akan mendapatkan plus minus dalam karier ke depannya.
Ya, plusnya, Jojo kini akan punya waktu yang lebih fleksibel untuk dirinya dan juga keluarganya. Sebab, dia tidak lagi 'mondok' di Pelatnas Cipayung.
Namun, minusnya, dia harus bertarung dengan kondisi berat yang bakal tidak seperti ketika dia berada di pelatnas. Sebab, ketika pemain mundur dari Pelatnas, dia harus siap berjuang lebih keras.
Ambil contoh untuk berangkat mengikuti turnamen BWF yang digelar berpindah-pindah antar negara bahkan antar benua, Jonatan kini harus merogoh koceknya sendiri. Atau menggandeng pihak sponsor.Â
Jonatan kini juga harus berlatih dengan fasilitas yang mungkin tidak sekomplet saat dirinya masih berada di pelatnas dulu.Â
Fasilitas ini tidak hanya berupa sarana latihan ataupun gym. Tapi juga ahli nutrisi, gizi, hingga fisioterapi.
Bahkan, bila semisal dia mengalami cedera, dia juga bakal harus mengupayakan sendiri untuk pemulihan. Beda dengan di pelatnas yang sudah ada tim dokternya.