Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Tukang Nulis

Pernah 8 tahun bekerja menulis di media KKG (Kelompok Kompas Gramedia). The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2023. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Untuk kerja sama penulisan, saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com. Salam.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Harry Kane dan Pelajaran Hidup "Temen Bakal Tinemu"

11 Mei 2025   07:06 Diperbarui: 12 Mei 2025   17:24 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harry Kane akhirnya meraih gelar juara pertamanya bersama Bayern Munchen di usia 31 tahun | AFP/ALEXANDRA BEIER


Dalam sebuah momen penjurian kompetisi paparan materi antar universitas di sebuah kampus di Surabaya, sebagai salah satu juri, saya diminta untuk memberikan closing statement. Pesan penutup.

Sebenarnya bukan hanya saya. Jurinya ada tiga. Semuanya diminta untuk menyampaikan pesan penutup. Karena waktu itu saya juri yang paling muda, saya mendapat kesempatan terakhir.

Itu sebenarnya tidak ada dalam script alias susunan acara yang dibagikan ke juri. Ide spontanitas saja untuk memotivasi adik-adik mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia.

Saya lantas bercerita tentang kisah Leonardo DiCaprio sebagai tema closing ceremony saya. 

Kebetulan, kala itu, aktor top Hollywood itu baru saja memenangkan Academy Awards alias Piala Oscar. DiCaprio akhirnya meraih piala paling prestisius dalam dunia seni peran itu setelah menunggu 26 tahun.

Bahwa, perjuangan panjang DiCaprio, yang membangun kariernya sejak masih berusia 15 tahun di tahun 1989, akhirnya berbuah manis. 

Setelah berkali-kali gagal meski seringkali dinominasikan, DiCaprio akhirnya memenangkan penghargaan Aktor Terbaik di Academy Award dalam perannya di film The Revenant pada 2015 silam.

Pesannya adalah, meski berkali-kali gagal, meski belum pernah mendapatkan apresiasi, tetaplah bekerja keras menjadi versi terbaik dari diri kita. 

Yakinlah, pada akhirnya, hasil baik, pengakuan, penghargaan akan datang. 

Tapi, bila kita berhenti, bila kita menyerah hanya karena satu dua kegagalan, berhenti hanya karena omongan jelek orang lain, maka plot manis seperti cerita DiCaprio tidak akan pernah terjadi pada diri kita.

Saya lantas menyelipkan filosofi Jawa, temen bakal tinemu. Dalam bahasa Jawa, temen artinya sungguh-sungguh.

Bahwa, siapa yang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, maka akan mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. 

Tugas closing ceremony pun selesai.

Harry Kane Mengakhiri Kutukan

Saya mendadak teringat momen itu. Teringat Leonardo DiCaprio. Teringat filosofi "temen bakal tinemu" setelah melihat Harry Kane akhirnya meraih piala bersama Bayern Munchen usai juara Bundesliga Jerman 2024/25..

Cerita Harry Kane (31 tahun) di sepak bola memang mirip dengan jalan hidup Leo DiCaprio di dunia seni peran.

Sejak memulai karier profesionalnya pada tahun 2010 bersama Tottenham lantas dipinjamkan ke beberapa klub hingga 2013, pesepak bola asal Inggris ini mampu membangun citra bagus sebagai penyerang mematikan.

Dia meraih banyak gelar individu. Mulai pemain muda terbaik Liga Ingris 2014/15, pemain terbaik Inggris 2017 dan 2018 hingga tiga kali menjadi top skor Liga Inggris di musim 2015-2016, 2016-2017, dan 2020-2021.

Tapi, meski moncer sebagai pemain, Harry Kane tidak pernah meraih piala. Dia tidak pernah juara.

Publik sepak bola sampai membuatkan meme menyindir kesialan Kane dan menyematkan kata terkutuk pada Kane yang tidak pernah bisa meraih piala.

Sebenarnya, pemain kelahran 28 Juli 1993 ini pernah beberapa kali dekat dengan kesempatan meraih trofi. Tapi kesempatan itu selalu berujung pahit.

Di musim 2014/15, Kane membawa Tottenham ke final Piala Liga alias Carabao Cup. Tapi, Tottenham dikalahkan Chelsea 0-2.

Berikutnya, Kane malah mampu membawa Spurs tampil di final Liga Champions 2019. Yang terjadi, Kane kembali merasakan nestapa setelah timnya kalah 0-2 dari Liverpool.

Dan puncaknya ketika Kane membawa Timnas Inggris tampil di final Piala Eropa 2020 di rumah sendiri. Apes. Inggris dikalahkan Italia dalam adu penalti.

Maka, ujar-ujaran bahwa Harry Kane memang terkutuk di sepak bola pun kembali mencuat.

Keputusan besar lantas diambil Kane saat dirinya menerima pinangan klub top Jerman, Bayern Munchen pada musim 2023/24 lalu. Dia meninggalkan Tottenham.

Di Bayern Munchen, Harry Kane diprediksi bakal tidak lagi apes juara. Lha wong Bayern memang klub langganan juara Bundesliga. Apa susahnya bagi dia untuk juara di sana.

Yang terjadi di musim pertamannya, Harry Kane langsung tampil gacor. Dia menjadi top skor Bundesliga bahkan mendapatkan sepatu emas setelah menjadi top skor Eropa dengan 36 gol yang dicetaknya.

Namun, ternyata Bayern Munchen tidak mampu juara usai dipecundangi Bayer Leverkusen yang tampil luar biasa bersama Xabi Alonso.

Ujaran, jangan-jangan Kane memang sial dan membawa kesialanya ke Bayern, kembali menggema.

Namun, Kane tidak baper dengan cetelukan media tentang kesialan dan kutukan itu. Dia tetap bekerja keras demi menampilkan versi terbaik dirinya di Bayern.

Dan, keampuhan jurus 'temen bakal tinemu' itu akhirnya dirasakan oleh Kane. 

Dia akhirnya bisa merasakan reward dari hasil kerja keras dan kesungguhannya. Meraih piala yang didambakannya selama bertahun-tahun.

Musim ini, Bayern Munchen berhasil mengalahkan Bayer Leverkusen dalam perburuan meraih gelar. Bayern memastikan juara di pekan lalu usai bermain 3-3 melawan Rb Leipzig sementara Bayer Leverkusen main imbang 2-2 melawan Freiburg.

Bayern merayakan gelar juara Bundesliga setelah tadi malam mengalahkan Borussia Moenchengladbach 2-0 di kandang sendiri. 

Dan Kane menjadi sosok penting dalam keberhasilan Bayern. Dia mencetak 24 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak.

Keberhasilan Kane memperbaiki nasibnya, tidak lepas dari keputusan beraninya untuk meninggalkan Tottenham. Pergi dari zona yang membuatnya nyaman tetapi sejatinya tidak nyaman. Dia jadi punya semangat baru.

Bayangkan bila Kane masih di situ saja. Bayangkan bila Kane merasa lelah karena sindiran orang yang menyebutnya terkutuk. Bayangkan jika Kane menyerah untuk menantang dirinya karena merasa usianya sudah 30 tahun lebih.

Dari Harry Kane, kita bisa belajar banyak hal. Bahwa, kita tidak pantas tumbang hanya karena perkataan orang.

Ingat, siapa bersungguh-sungguh, dia bakal mendapatkan hasilnya. Temen bakal tinemu. Man jadda wa jada.

Ingat, jangan pernah merasa tertinggal. Sebab, setiap orang punya proses dan rezekinya masing-masing. Seperti Harry Kane yang akhirnya meraih piala di usia 31 tahun. Salam.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun