Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Marcus/Kevin Juara Indonesia Open karena Tak Mau Seperti Keledai

28 November 2021   18:15 Diperbarui: 28 November 2021   18:18 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra Indonesia, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya jadi juara Indonesia Open 2021 usai mengalahkan ganda Jepang, Minggu (28/11)/ANTARA/Humas PBSI 

"Hanya keledai yang jatuh di lubang yang sama dua kali".

Dulu, pepatah yang konon dipopulerkan oleh penulis Yunani, Homer dan Aesop ini sangat populer.

Pesan dari pepatah ini, janganlah seperti keledai yang tak mau belajar dari kesalahan yang sama sehingga terulang kembali.

Menariknya, di akhir abad ke-20, sejumlah ahli hewan dikabarkan pernah mendiskusikan hal ini di London. Poin yang didiskusikan, apa iya keledai memang binatang bodoh seperti dimaksud dalam pepatah itu.

Kesimpulannya, ternyata terjadi kesalahpahaman.

Bahwa, keledai tidak bodoh-bodoh banget. Karenanya, pepatah ini direvisi menjadi :"Keledai saja tidak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali". Maknanya, sebodoh-bodohnya orang, ia tak akan mengulang kesalahan sebelumnya.

Saya mendadak teringat pepatah itu ketika menyaksikan final turnamen bulu tangkis Indonesia Open 2021 nomor ganda putra.

Saat ganda putra andalan Indonesia, Marcus Gideon dan Kevin Sanjayam menghadapi pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi di final yang digelar di Nusa Dua, Bali, Minggu (28/11).

Kenapa begitu?

Sebab, pekan lalu, Minggu (21/11), Marcus/Kevin juga berjumpa dengan Hoki/Kobayashi di final Indonesia Masters 2021. Hasilnya, ganda putra Jepang ini juara usai menang rubber game.

Tentu, Marcus/Kevin, ganda putra ranking 1 dunia, penasaran dengan pertemuan ulangan melawan ganda Jepang ranking 7 tersebut.

Lebih tepatnya, Marcus/Kevin tentu tidak ingin menjadi seperti keledai yang mengulang kesalahan yang sama. Mereka tidak ingin kalah dari lawan yang sama hanya dalam seminggu.

Belajar dari kesalahan, Marcus/Kevin langsung gas pol sejak awal

Dan memang, kita yang menyaksikan final Indonesia Open, Minggu (28/11) siang melalui layar televisi, bisa melihat betapa Marcus dan Kevin sudah belajar dari kesalahan di final minggu lalu.

Kita masih ingat, di final Indoensia Masters pekan lalu, Marcus/Kevin kalah tiga game.

Salah satu faktor yang membuat mereka kalah adalah start yang lambat. Mereka lambat panas. Di game pertama, mereka kalah dengan skor cukup telak, 11-21.

Itu membuat mereka bekerja keras di game kedua.

Marcus/Kevin lantas bangkit dan menang 21-17. Lalu, di game ketiga, duel berlangsung ketat. Puncaknya saat poin sama 19-19. Namun, ganda Jepang lantas jadi juara usai mendapatkan dua poin beruntun.

Nah, di final Indonesia Open siang tadi, Marcus/Kevin tidak mau mengulang kesalahan. Mereka langsung tampil gas pol di game pertama. Tidak ada lagi istilah lambat panas.

Usai memastikan ke final dengan mengalahkan ganda India, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty, Sabtu (27/11) kemarin, Kevin yang diwawancarai media, menyebut ingin bertemu dengan Hoki/Kobayashi. Dan bila itu terjadi, Kevin menyebut ingin lebih fokus.

Dan, itulah yang terjadi.

Kita bisa melihat, Marcus/Kevin tampil seperti yang kita kenal selama ini. Mereka bermain dengan pukulan drive cepat dan smash mematikan. Pasangan unggulan 1 ini juga tidak membiarkan lawan berkembang. Hoki/Kobayashi bahkan dipaksa beberapa kali membuat kesalahan sendiri.

Bila mereka sudah tampil seperti levelnya world number one, sulit bagi lawan untuk berkembang. Hasilnya, mereka mendominasi game pertama dengan menang 14-21.

Di game kedua, permainan berjalan lebih ketat. Hoki/Kobayashi bermain ngeyel demi bisa mengambil game ini.

Perolehan poin berlangung ketat. Tidak lebih dari dua poin. Bahkan saling kejar-mengejar poin.

Dari 2-2, 4-4, 6-6. Marcus/Kevin menutup interval pertama dengan 11-8. Namun, ganda Jepang lantas menipiskan ketertinggalan menjadi 12-11 bahkan menyamakan skor 12-12.

Marcus/Kevin lantas kembali menjauh dan menjaga keunggulan dua poin di angka 14-12, 15-13, 16-14, 17-15. Namun, ganda Jepang bisa menyamakan skor di angka 17-17. Situasi semakin mendebarkan.

Tapi, Marcus/Kevin yang ingin segera menuntaskan pertandingan dan tidak ingin terjadi rubber game, kembali unggul dua poin 19-17. Lantas, match point 20-18.

Marcus/Kevin memenangi final ini setelah return dari Kobayashi usai mengembalikan service Marcus, gagal melewati net. Dan, kegembiraan mereka pun buncah.

Melihat bagaimana ekpresi kemenangan Marcus/Kevin, jelas tergambar betapa mereka lega bisa mengalahkan ganda Jepang itu.

Marcus/Kevin kembali jadi penyelamat tuan rumah

Dan memang, Marcus/Kevin pastinya penasaran. Sebab, sebelumnya, Hoki dan Kobayashi sebenarnya bukan lawan yang menyulitkan bagi mereka.

Nyatanya, sebelum final Indonesia Masters 2021 pekan lalu, Marcus/Kevin unggul head t0 head 10-0 atas ganda Jepang itu alias tidak pernah kalah dalam 10 pertemuan.

Gelar juara ini tidak hanya menjadi raihan kedua mereka di tahun ini setelah Hylo Open pada 7 November lalu. Lebih dari itu, Marcus dan Kevin kembali menjadi penyelamat Indonesia dari kemungkinan kering gelar secara beruntun di rumah sendiri.

Ya, Marcus/Kevin menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang bisa juara.

Mereka meraih hat-trick juara setelah meraih gelar di turnamen yang sama pada tahun 2018 dan 2019. Sementara tahun 2020 lalu, Indonesia Open tidak digelar karena pandemi Covid-19.

Itu juga menjadi bukti bahwa mereka ganda putra dan wakil Indonesia yang penampilannya paling stabil. Etos kerja mereka laya dicontoh seperti yang saya tulis di sini https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/61982da006310e1f91257d63/soal-etos-kerja-marcus-kevin-layak-dicontoh-pemain-pemain-indonesia.

Sebelum pertandingan final ganda putra yang merupakan final keempat, ganda putri Indonesia, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu tampil di final kedua.

Greysia/Apriyani sudah berjuang maksimal di lapangan selama 1 jam 5 menit. Sayangnya, mereka dipaksa mengakui keunggulan dari ganda putri Jepang, Nami Matsuyama/Chiharu Shida 19-21, 19-21.

Greysia/Apriyani, sang peraih medali emas Olimpiade 2020, gagal mengakhiri paceklik gelar ganda putri di Indonesia Open. Sebab, kali terakhir ganda putri Indonesia juara terjdi di tahun 2008 lewat pasangan Vita Marissa/Liliyana Natsir.

Meski begitu, seusai pertandingan, dikutip dari badmintalk_com, Greysia mengaku tidak terlalu kecewa dengan hasil final tersebut.
Sebab, dia dan Apriyani sudah mencoba yang terbaik. Greysia juga memuji ganda putri Jepang yang disebutnua bermain bersih.

"Kedua pasangan telah memberikan pertarungan yang hebat di lapangan. Namun, hanya ada satu pemenang. Jadi selamat untuk pasangan Jepang. Mereka bermain sangat baik hari ini." ujar Greysia.

Pekan depan, mulai Rabu (1/12), Greysia/Apriyani dan Marcus/Kevin akan kembali tampil di BWF World Tour Finals yang kembali digelar di Bali. Sesuai namanya, turnamen final hanya diikuti oleh 8 pemain/pasangan dari setiap nomor dengan ranking tertinggi dalam perolehan poin selama turnamen 2021.

Indonesia mengirimkan 4 wakil di turnamen final ini. Selain dua pasangan ini, Indonesia juga menyertakan pasangan ganda putra Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich serta pasangan ganda campurna, Praveen Jordan/Melati Daeva. Sayangnya, tidak ada wakil di nomor tunggal.

Tentu, sebagai tuan rumah, kita berharap, wakil Indonesia bisa meraih hasil terbaik.

Salam bulu tangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun