Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jerman dan Pelajaran Pentingnya Memilih "Manajer Baru" yang Tepat

14 Oktober 2021   15:41 Diperbarui: 14 Oktober 2021   15:44 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hans Dieter-Flick (tengah) membawa Timnas Jerman jadi tim pertama yang lolos ke Piala Dunia 2020/Foto: Tom Weller/Getty Images 

Jerman menjadi tim pertama di benua Eropa yang memastikan lolos ke Piala Dunia 2022.

Kemenangan 4-0 atas Makedonia Utara di lanjutan kualifikasi pada Selasa (12/10) dini hari, membuat Jerman sudah menggenggam 'tiket' tampil di Piala Dunia tahun depan.

Sepintas, kabar itu terdengar biasa. Tidak mengejutkan. Lha wong yang lolos Jerman. Tim langganan tampil di Piala Dunia. Akan beda nuansanya bila yang lolos Makedonia Utara.

Namun, tahukah sampeyan (Anda) bila Jerman sempat tertatih-tatih dalam perjalanan mereka di babak kualifikasi Grup J. Ingatan hasil buruk di Piala Dunia 2018 seperti membuat mereka sulit move on.

Hingga, sebuah perubahan mengubah nasib mereka. Perubahan berwujud kejelian dalam menunjuk pelatih baru.

Jerman sempat berada di 'zona nyaman' melenakan bersama Joachim Loew

Akhir Maret lalu, Jerman dipermalukan Macedonia Utara di kandang sendiri.

Tim juara dunia empat kali ini kalah 1-2 di Duisburg. Itu hasil yang tidak hanya memalukan tetapi juga mencoreng sejarah bagus Jerman dalam penampilan di kualifikasi Piala Dunia.

Sebab, kekalahan dari Macedonia Utara itu yang pertama kali sejak Jerman dikalahkan Inggris 1-5 dalam kualifikasi Piala Dunia 2002 dan hanya ketiga kalinya sepanjang sejarah penampilan di kualifikasi.

Parahnya lagi, kekalahan dari Macedonia Utara itu membuat Jerman berada di bawah Armenia. Kala itu, negara kecil di Eropa ini meraih tiga kemenangan beruntun di awal kualifikasi sehingga memimpin klasemen Grup J.

Di bulan Maret itupula, Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), mengumumkan pelatih Joachim Loew tidak akan berlanjut melatih tim Jerman selepas tampil di Piala Eropa 2020 pada Juni-Juli 2021.

Periode panjang kepelatihan Loew yang melatih Jerman selepas Piala Dunia 2006 silam, berakhir.

Bersama Loew (61 tahun), Jerman pernah merasakan masa-masa indah. Dia langsung membawa Jerman ke final Piala Eropa 2008 meski kalah dari Spanyol.

Tapi, kekecewaan itu terbayar enam tahun kemudian di Brasil. Jerman menjadi juara dunia keempat kalinya. Di final Piala Dunia 2014 itu, Jerman mengalahkan Argentina yang diperkuat Lionel Messi.

Bersama Loew pula, Jerman pernah menjadi juara Piala Konfederasi 2017 di Rusia.

Namun, sepak bola tak selalu menghadirkan masa indah. Periode 14 tahun kepelatihan Loew bak membuat Jerman terjebak di zona nyaman yang melenakan.

Jerman akhirnya ya begitu-begitu saja. Sementara tim-tim lainnya sudah banyak berubah dengan kemunculan pelatih anyar.

Puncaknya, di Piala Eropa 2020, Jerman pulang cepat. Mereka dikalahkan Inggris di babak 16 besar. Padahal, di masa lalu, Inggris selalu kesulitan mengalahkan Jerman di turnamen mayor. Itulah akhir era Loew di Timnas Jerman.

Jerman kembali gagah bersama manajer baru bernama Hansi Flick

Nah, masa transisi kepemimpinan ini seringkali menjadi tantangan berat bagi sebuah tim. 

Ketika sebuah tim harus mengganti pelatih yang sudah lama menangani mereka. Sudah banyak cerita di sepak bola, tim gagal move on usai ditinggal pelatih yang sudah lama melatih tim tersebut.

Butuh kejelian tingkat tinggi untuk memilih pengganti. Seorang manajer baru yang tepat.

Sebab, bila tidak jeli, orang baru yang hadir sebagai pengganti, tidak akan mampu membuat perubahan lebih baik. Bisa-bisa malah situasinya semakin buruk. Hingga orang baru itu diganti dalam waktu singkat.

Nah, beberapa pekan sebelum Euro 2020, tepatnya pada 25 Mei, DFB mengumumkan menunjuk mantan asisten Loew di Jerman, Hans Dieter-Flick (56 tahun) untuk mengisi posisinya selepas Euro.

Dengan curiculum vitae mentereng Hansi Flick yang membawa Bayern Munchen juara Liga Champions 2020 (termasuk dengan mengalahkan Barcelona 8-2 di perempat final), tidak sulit memilih Flick.

Bersama Flick, Jerman tidak butuh waktu adaptasi lama.

Mereka langsung kembali tampil gagah di kualifikasi Piala Dunia 2022 edisi bulan September. Di tiga laga kualifikasi, Flick membuat Jerman menang beruntun dengan mencetak 12 gol dan tidak kemasukan gol.

Dalam debutnya, Flick membawa Jerman menang 2-0 atas tuan rumah Liechtenstein (1/9). Empat hari kemudian, Jerman menjamu Armenia yang berstatus pemimpin klasemen. Hasilnya, Jerman pesta gol, 6-0. Jermannya Flick terlalu kuat bagi Armenia. Jerman kembali pesta gol saat menang 4-0 atas tuan rumah Islandia (8/9).

Di kualifikasi di awal Oktober ini, Jerman menang 2-1 atas Rumania di Hamburg (8/10). Ini untuk kali pertama, Jerman kemasukan gol sejak dilatih Flick.

Gol Rumania itu dicetak Ianis hagi (22 tahun), putra dari legenda sepak bola Rumania, Gheorghe Hagi.

Lalu, Senin (11/10) malam waktu Eropa, Jerman membuat perhitungan dengan Macedonia Utara atas kekalahan di Duisburg pada Maret lalu. Kali ini, Macedonia Utara dihajar 1-4 di kandangnya sendiri.

Kemenangan itu membawa Jerman lolos ke Piala Dunia 2022. Jerman memimpin klasemen Grup J dengan 21 poin, unggul dari Rumania (13 poin). Poin Jerman sudah tidak terkejar.

Jerman menjadi negara pertama yang lolos ke Piala Dunia 2022 ketika babak kualifikasi masih menyisakan 2 pertandingan.

Mengapa Jerman bisa langsung tampil gagah setelah sempat terpuruk?

Padahal, pemain-pemain Jerman masih sama seperti di kualifikasi Maret lalu ketika mereka kalah dari Macedonia Utara.

Karena Flick berhasil memberikan kesegaran bagi Jerman yang permainannya 'sudah terbaca' oleh lawan-lawannya karena sudah terlalu lama dilatih Loew.

Ibarat seorang manajer baru yang ditunjuk untuk memimpin perusahaan, dia datang membawa ide-ide segar yang membuat anak buahnya kembali bersemangat. Anak buahnya pun kembali bersemangat bekerja dan membuat pencapaian terbaik.

Tak hanya itu, sebagai orang baru, Flick juga menjadikan manajer sebelumnya sebagai mentor.

Dia sadar, Loew, sang manajer lama yang juga pernah menjadi atasannya, pasti memiliki lebih banyak pengalaman dan ilmu untuk membantu memilih kebijakan yang bisa dilanjutkan dan diubah demi kebaikan bersama.

Hal itu diaplikasikannya dengan tetap membawa pemain-pemain lama yang menjadi 'anak emas' Loew seperti Manuel Neuer dan Thomas Muller.

Tapi, dia juga membawa pemain-pemain baru berusia muda seperti Jamal Musiala (18 tahun), Karim Adeyemi (19 tahun), ataupun bek berusia 21 tahun, Nico Schlotterbeck.

Hasilnya langsung nyata. Dari lima pertandingan sejak dirinya menangani Tim Panser, Jerman selalu dibawanya menang dengan bisa membuat 18 gol dan hanya kemasukan satu gol.

Satu hal mencolok dari penampilan Jerman bersama Flick, penyerang Timo Werner memperlihatkan kemampuannya dalam memanfaatkan peluang. Striker asal Chelsea ini selalu mencetak gol di empat laga dari lima pertandingan bersama Flick.

Andai bukan Flick yang ditunjuk menggantikan Loew, belum tentu Jerman bisa langsung berlari sekencang ini di kualifikasi setelah sempat tersandung.

Ah, akan menarik ditunggu bagaimana penampilan Jerman bersama Hansi Flick di Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar tahun depan. Salam  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun