Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Menempatkan Sapaan yang Tepat kepada Orang Lain

16 Mei 2024   12:05 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:16 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : sisternet.co.id

Dalam tulisan ini, penulis sama sekali tidak bermaksud menggurui atau semacamnya. Tulisan ini dibuat semata-mata sebagai pengingat bagi kita semua sebagai makhluk sosial yang kerap bertemu dengan orang baru di sekitar kita.

Akan penting dan riskannya suatu sapaan yang kita gunakan untuk menyapa seseorang, terutama orang yang belum atau baru kita kenal. Adat ketimuran mendasari kita untuk menghormati saat menyapa orang yang lebih tua dengan sebutan Pak dan Bu, Mas dan Mba ataupun Kak dan Abang, serta lain sebagainya dalam sapaan khas daerah masing-masing.

Pada saat berusia 22 tahun, saya pernah disapa dengan sebutan "Bu". Menanggapi hal tersebut, dalam hati saya pun bertanya, "Emang muka gue tua ya???"

Setelah mengamati dan menguasai situasi, akhirnya saya paham dan merasa sah-sah saja karena saya disapa "Bu" di lingkungan pekerjaan.

Lalu bagaimana jika selain di lingkungan pekerjaan, saya juga disapa "Bu"? Saya pribadi cukup sedih dan agak tersinggung, pertanyaan dalam hati muncul kembali, "Emang udah ngga pantas ya dipanggil Mba?"

Untuk menyapa seseorang, kita memang tidak perlu mengetahui persis berapa usianya. Tapi, tentu kita dapat mengira-ngira dari fisik dan penampilan orang yang hendak kita sapa. Sebab, hal ini lebih kepada memikirkan perasaan orang tersebut. "Masa masih muda begini, saya dipanggil Pak?!" begitu misalnya.


Menempatkan kata sapaan untuk seseorang juga perlu memperhatikan lingkungan atau kondisi. Sehingga dirasa tepat jika digunakan di lingkungan tertentu, seperti di kantor atau forum-forum formal lainnya. Namun, untuk interaksi yang tidak formal, ada baiknya kita mempertimbangkan lebih dulu. Seseorang yang kita jumpai, kira-kira sudah pantas atau belum jika disapa dengan sebutan Pak dan Bu.

Ini sama halnya dengan seorang kakek atau nenek yang sedang berada di tempat umum. Biasanya orang-orang akan lebih sering menyapa dengan Pak atau Bu ketimbang terang-terangan menyapa, "Kakek mau ke mana?" atau "Nenek mau ke mana?"

Karena yang menyapa ini, menjaga perasaan kakek atau nenek tersebut. Jangan lantas berpikir, "Masa udah nenek-nenek ngga mau disebut nenek?" Bukan begitu, tapi di usia ini mereka cenderung lebih gampang merasa sensitif dan tidak ingin dianggap lemah karena sudah jadi kakek atau nenek.

Perkara sapaan ini, saya sempat menyaksikan video yang viral beberapa tahun lalu yang terjadi di dalam KRL. Di mana seorang nenek tidak terima disapa "nenek" oleh penumpang lain. Yang mana penumpang itu ialah seorang wanita muda. Terlihat drama adu mulut ini sempat berlangsung lama hingga keduanya dipisahkan oleh petugas KRL.

Ketika ditanya apa masalahnya, nenek itu mengatakan kalau wanita tersebut kurang ajar karena menyebut dirinya nenek. Wanita muda itu pun membela diri, "Saya cuma tanya, nenek mau duduk?" mendengar kalimat itu diulang, beliau semakin menekankan bahwa kata "nenek" belum pantas disematkan kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun