Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menduakan Pekerjaan, Alasan Gaji Kurang atau Kurang Bersyukur?

12 Oktober 2021   08:17 Diperbarui: 13 Oktober 2021   16:31 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, di akhir pekan, terkadang bisa refreshing dengan makan berdua di rumah makan ataupun nonton film di bioskop. Plus, masih bisa menabung untuk menyiapkan kelahiran putra kami.

Jadi, cukup nggak cukup itu sejatinya bergantung kita. Cukupkan, pasti bisa cukup. Meski, saya paham, kondisi yang dihadapi setiap orang bisa berbeda-neda.

Sebenarnya, bisakah menduakan pekerjaan?

Tentang pertanyaan ini, saya tidak memungkiri pernah melakukannya. Utamanya setelah mundur dari 'pabrik koran' lalu bekerja menulis sebagai staf di sebuah instansi.

Namun, bila ingin menduakan pekerjaan, jangan asal. Harus dipikirkan plus minusnya. Harus siap dengan risikonya. Bahwa, pekerjaan utama harus tetap menjadi prioritas.

Benar, ketika menduakan pekerjaan, fokus kita akan terbagi. Sebagai manusia, kita tidak mungkin bisa fokus 200 persen di dua pekerjaan secara bersamaan. Sangat sulit.

Dulu, selain bekerja di kantor, saya juga menerima orderan pekerjaan menulis di dua majalah. Mewawancara orang dan menulis.

Saya bersedia karena pekerjaannya fleksibel. Tak terikat waktu. Hanya diberi deadline kapan harus selesai. Ada yang bulanan. Ada yang tiga bulanan. Selebhnya, saya bisa mengatur waktu sendiri untuk memberesinya.

Bila pekerjaan sampingan itu waktunya bentrok dengan pekerjaan utama, saya menolaknya. Semisal saya harus meninggalkan kantor di jam-jam kerja untuk waktu yang lama.

Kala itu, saya memberesi pekerjaan sampingan itu di rumah. Saya membuat janji wawancara dengan narasumber ketika sepulang bekerja. Sore hari. Lantas, menulisnya ketika malam di rumah. Atau bila mengantuk, saya memberesinya pagi sebelum ngantor.

Capek? Tentu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun