Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menduakan Pekerjaan, Alasan Gaji Kurang atau Kurang Bersyukur?

12 Oktober 2021   08:17 Diperbarui: 13 Oktober 2021   16:31 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja yang kurang fokus pada pekerjaannya. Bisa jadi karena menduakan pekerjaannya| Foto: Thinkstockphotos.com/lifestyle.kompas.com

Celakanya, ada banyak orang yang tergesa-gesa. Kurang sabaran.

Ibaratnya, dia menaiki perahu kecil di tengah lautan. Ingin berpindah perahu. Lantas, demi melihat perahu yang kelihatannya lebih menjanjikan, dia nekad meninggalkan perahu kecilnya itu.

Ternyata, pemilik perahu besar itu tidak mau menerima kehadiran orang baru. Jadinya, dia lantas tidak memiliki perahu.

Analogi itu sama dengan ketika kita berkeinginan pindah kerja di tempat lain yang bisa memberi gaji lebih besar. Namun, jika ternyata pekerjaan yang diidamkan itu belum ada, bertahanlah dulu dengan yang ada. Jangan nekad keluar.

Apalagi, frasa 'gaji cukup' itu sebenarnya soal bagaimana kita mengaturnya.

Bila kita pandai mengaturnya, gaji yang dirasa kurang itu ternyata bisa cukup. Tapi kalaupun dianggap cukup, bila tidak mampu mengatur, ya bakal terasa kurang terus.

Saya pernah merasakan hal itu ketika di tahun-tahun awal menikah pada 2011 silam.

Sebelum menikah di akhir tahun 2010, saya sudah membeli rumah. Membayar uang muka dengan tabungan yang saya sisihkan sejak awal bekerja. Ketika menikah, rumah yang dibangun selama beberapa bulan itu sudah jadi. Siap ditempati.

Nah, di tahun-tahun awal menikah, dengan gaji di kisaran Rp 4 juta, saya harus mengangsur cicilan rumah dengan besaran hampir setengah dari gaji itu. Ketika itu, istri masih bekerja. Meski dengan gaji di kisaran 2 juta.

Bila dihitung, penghasilan kami sebulan di masa itu ya sekitar 6 juta itu.

Toh, dengan setiap bulan harus mengangsur rumah, mencicil untuk mengisi perabotan rumah, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, kami merasa cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun