Sikap pelit bisa merusak pertemanan dan menyengsarakan diri sendiri
Bagi sebagian orang, sikap meminta gratisan ataupun tester itu mungkin dianggap sebagai bagian dari berhemat.Â
Seperti maknanya di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hemat berarti berhati-hati dalam membelanjakan uang, tidak boros.
Namun, bagi sebagian besar orang, sikap seperti itu sebenarnya bukan hemat. Tapi pelit alias medit.
Padahal hanya mengeluarkan duit dalam jumlah relatif nggak banyak. Estimasi harga buku tidak sampai 100 ribu, apalagi kuliner semacam kue atau camilan. Itupun belinya dengan teman sendiri.
Tapi memang, terkadang orang salah kaprah dalam memaknai berhemat atau pelit ini. Hemat dan pelit itu beda tipis. Ada orang yang berpikiran sedang berhemat tapi padahal pelit bukan main.
Mereka tidak mau boros dan ingin berhati-hati dalam membelanjakan uang. Tapi sikap hati-hatinya malah bisa merusak hubungan dengan teman.
Semisal ada seorang kawan yang membuka jasa pembuatan blog. Lantas, kita ingin membuat blog pribadi. Kita meminta jasa teman tapi pengennya gratisan. Atau mau membayar tapi harganya ditawar sampai separoh.
Padahal, idealnya, meminta jasa teman yang sudah kenal baik, seharusnya tidak perlu dinego. Anggap saja itu saling memajukan usaha. Seperti juga dalam hal bila ada teman menulis buku tadi. Sebab, seorang teman baik pastinya memberi harga yang sesuai. Bahkan mungkin sudah diturunkan dari harga aslinya.
Sikap pelit ini tidak hanya bisa merusak pertemanan, tetapi juga bisa menyengsarakan diri sendiri.