Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester United Pimpin Klasemen, Hanya 4 Hari atau Seterusnya?

14 Januari 2021   07:04 Diperbarui: 14 Januari 2021   21:54 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak banyak orang yang tertarik membahas politik internasional. Jangankan level dunia, mengikuti perkembangan politik di negeri sendiri saja, banyak orang yang geleng-geleng kepala. Malas.

Namun, banyak orang mendadak ingin tahu cerita pemilihan presiden di Amerika Serikat yang melibatkan Donald Trump dan Joe Biden.

Bahwa, setelah Biden dinyatakan jadi pemenang pilpres pada November lalu, banyak pendukung kuat Trump yang masih tidak percaya terhadap proses pemilihan tersebut.

Kita lantas merasa ada proximity (kedekatan) emosional bahkan kesamaan antara Pilpres di AS kali ini dengn pemilihan kepala daerah di beberapa daerah di Indonesia.

Bahwa ketika pemilihan selesai, ketika penghitungan cepat mencuat, lantas ada yang merasa dicurangi, ada yang menyebut proses pemilihan berjalan tidak fair, ada yang melakukan gugatan, bahkan ada massa pendukung yang turun ke jalan.

Ternyata, di AS yang katanya 'mbahnya' demokrasi, yang sudah mengenal presiden sejak tahun 1970-an, sebagian warganya tidak jauh beda dengan warga di sini dalam hal menerima hasil pemilihan pemimpin.

Bicara presiden di AS, saya tertarik dengan nama William Henry Harrison. Dia adalah Presiden ke-9 AS. Harrison merupakan presiden AS yang paling pendek masa jabatannya. Hanya satu bulan.

Pasalnya, dia meninggal hanya satu bulan setelah menjabat sebagai presiden pada 1841. Ada beberapa cerita perihal kematiannya.

Konon, Harrison kala itu bersikeras menyampaikan pidato inagurasi sangat panjang dalam kondisi cuaca yang sangat dingin tanpa memakai topi atau mantel. Harrison kemudian diyakini terjangkit pneumonia dan meninggal satu bulan setelahnya.

Namun, baru-baru ini terdapat analisis yang menyebut bahwa demam enterik yang dialami Harrison tersebut disebabkan karena air di Gedung Putih yang bercampur dengan limbah. Mana yang benar? Entahlah.

Akhir pekan ini, Liverpool bersua MU di Anfield

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun