Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Dicari, Strategi Jitu Jinakkan Ganda Putri Jepang

30 Desember 2018   22:17 Diperbarui: 30 Desember 2018   22:22 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Greysia Polii/Apriyani Rahayu, perlu menemukan strategi jitu untuk melawan ganda putri Jepang/Foto: bolasport.com

Tidak sulit menyimpulkan pencapaian yang diraih ganda putri Indonesia di tahun 2018 belum sehebat ganda putra. Parameternya jelas, jumlah gelar. Dari total 38 rangkaian turnamen BWF World Tour di tahun ini, ganda putri meraih dua gelar atas nama Greysia Polii/Apriyan Rahayu.

Greysia/Apriyani berhasil juara di turnamen Thailand Open dan India Open. Di BWF World Tour 2018, dua turnamen tersebut merupakan level Super 500. Artinya, secara gengsi cukup oke. Levelnya ada di bawah Super 1000 dan Super 750.

Sementara pasangan lainnya seperti Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta yang lantas dibongkar menjadi Rizki/Ni Ketut Mahadewi, belum mampu meraih gelar.  

Tentu saja, bila mengacu pada dua gelar tersebut, mudah menyebut ganda putri Indonesia kurang oke. Dalam urusan menghasilkan gelar, ganda putri ada di peringkat keempat dari lima sektor. Ganda putri hanya ada di atas tunggal putri yang belum mampu mempersembahkan gelar BWF World Tour di tahun 2018.12.30

Namun, bila ukurannya adalah penampilan (bukan semata gelar), ganda putri Indonesia sejatinya tidak buruk. Selain dua gelar yang mereka raih, Greysia/Apriyani mampu melaju ke babak penting di hampir setiap turnamen yang mereka ikut. Diantaranya finalis Indonesia Masters dan bolak-balik tampil hingga semifinal turnamen BWf World Tour.

Della/Rizki juga pernah tampil hebat di Kejuaraan Asia 2018 dengan berhasil meraih medali perunggu setelah terhenti di semifinal.

Lalu, mengapa ganda putri Indonesia sering terhenti di semifinal? Jawabannya tidak jauh dari ganda putri Jepang.  

Ya, penampilan hebat ganda putri Jepang-lah yang membuat ganda putri Indonesia seperti tak berdaya di tahun ini. Ganda putri Jepang mendominasi persaingan di sektor ini. Bahkan, cukup sering, final turnamen BWF di 2018, mempertemukan dua ganda putri Jepang.

Tiga ganda putri Jepang, pasangan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi dan Mayu Matsimoto/Wakana Nagahara memang mendominasi di tahun 2018.

Yuki/Sayaka yang kini menduduki rangking 1 dunia ganda putri, meraih lima gelar BWF World Tour plus dua runner-up serta juara Kejuaraan Asia. Adapun Misaki/Ayaka yang merupakan peraih medali emas Olimpaide 2016, meraih lima gelar plus satu runner up. Sementara Mayu/Wakana meraih dua gelar plus gelar juara dunia 2018 dan tiga kali runner up.

Saking mendominasinya trio ganda Jepang ini, pasangan ganda putri Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yifan yang merupakan juara dunia 2017 bahkan tidak meraih satupun gelar BWF World Tour. Tiga kali masuk final, mereka selalu kalah.

Bagi pasangan Indonesia, ganda putri Jepang ini bak tembok tebal yang sangat sulit ditembus. Entah sudah berapa kali, ganda putri kita takluk dari ganda putri Jepang di tahun 2018. Di Kejuaraan Dunia 2018, di Asian Games 2018, di Denmark Open 2018, di French Open 2018, di China Open 2018, di Japan Open 2018, di Hongkong Open 2018 dan juga putaran finasl BWF World Tour Finals.

Di Hongkong Open, Greysia/Apriyani kalah di semifinal dari ganda putri nomor 1 dunia, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota seperti halnya di Japan Open dan Denmark Open 2018. Lalu, mereka kalah dari Misaki/Ayaka di semifinal Asian Games dan China Open. Dan di kejuaraan Dunia juga semifinal French Open 2018, Greysia/Polii takluk dari Mayu Matsumoto/Wakana Nagaraha.

Tidak hanya Greysia/Polii, pasangan Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris juga takluk dari Hirota/Fukushima di babak perempat final Hongkong Open 2018 dan di babak 16 besar Asian Games 2018.

Sampai-sampai muncul guyonan, andai ganda putri Jepang ini sejenak berlibur dan tidak ikut turnamen BWF, Greysia/Polii kemungkinan besar bakal panen gelar di tahun ini.

Dalam sebuah wawancara, Greysia menyebut Jepang ibarat punya banyak 'peluru' di ganda putri yang seperti tidak habis-habis. Dia juga menyebut keunggulan ganda putri Jepang ada pada endurance (ketahanan) dan juga variasi serangan plus pertahanan yang sulit ditembus.

"Dari segi tenaga dan pikiran, harus benar-benar fokus untuk bisa keluar dari trauma dan tekanan pasangan Jepang," sebut Greysia.

Meski Greysia/Apriyani seperti seorang diri menghadapi mereka bergantian, sejatinya, Greysia/Apriyani tidak melulu kalah dari pasangan Jepang. Ketika menjadi juara Thailand Open, mereka berhasil mengalahkan Misaki/Ayaka dengan skor cukup telak 21-13, 21-10. Artinya, sebenarnya ganda putri Indonesia punya kesempatan untuk mengalahkan ganda putri Jepang. Meski memang tidak mudah.

Semua fakta tersebut tentunya harus menjadi bahan evaluasi bagi PBSI. Terlebih, sekarang sudah memasuki penghujung tahun. Di tahun 2019 mendatang, ganda putri Indonesia tentunya tidak mau terus-terusan terbentur dengan ganda putri Jepang

Ah, PBSI memang wajib mencari strategi khusus untuk mengalahkan ganda putri Jepang. Sebab, bila ingin juara, pekerjaan rumah itulah yang harud dicari jawabannya. Kenyataannya, di 2018, ganda putri Indonesia mampu tampil oke ketika menghadapi pemain dari negara lain, tetapi seperti kehilangan cara ketika bertemu ganda putri Jepang. Salam bulutangkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun