Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Setelah 34 Tahun dan Tabloid BOLA Berpamitan, Kenapa?

17 Oktober 2018   22:19 Diperbarui: 18 Oktober 2018   20:24 4439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja, ketika smart phone merajalela, keunggulan Surabaya Post di berita olahraga itu pun tereduksi. Tidak ada lagi keunggulan.

Menurut saya, 'lawan utama' koran olahraga di era sekarang lebih kepada bergesernya "gaya hidup". Sekarang, untuk melihat hasil Liga Champions ataupun MotoGP yang dimainkan dini hari, kita yang tertidur sehingga tidak menonton langsung lewat televisi, tak perlu menunggu sampai siang. Sambil tiduran di kamar tidur pun, kita sudah bisa membaca beritanya langsung seketika itu juga.

Bahkan, dengan bantuan Twitter ataupun Instagram, bila kita men-follow akun tim-tim Eropa, kita bisa langsung mengetahui up date skor pertandingan minute by minute. Belum lagi berita sosial media. Belum lagi acara sepak bola di televisi yang sekarang menjamur, tayang tiap hari, bahkan mulai jam 05.00 pagi. Dulu sih adanya cuma Planet Football yang tayangnya tiap Sabtu siang.

Mereka itulah yang membuat koran/tabloid olahraga baik yang harian maupun mingguan, menjadi kurang menarik. Palingan hanya mereka yang benar-benar "suka baca" yang masih loyal membaca koran. Atau mereka yang butuh "data lengkap" yang tentu saja tidak bisa didapatkan di berita pendek di media online ataupun acara di televisi.

Saya sengaja menuliskan suka baca itu dengan tanda kutip. Sebab, budaya membaca ini yang agaknya juga mempengaruhi 'hidup matinya' media olahraga versi cetak.

Dengan BOLA masih setia dengan gaya ulasan seperti dulu yang menyajikan data dan informasi detail--meski mungkin diksi dan kalimatnya kini lebih milenial--tetapi sekali lagi, hanya orang-orang yang benar-benar suka bola dan suka membaca yang mau melahapnya hingga tuntas.

Namun, bagi mereka yang sudah puas sekadar mengetahui skor/hasil pertandingan olahraga, membaca tulisan panjang itu dianggap 'pekerjaan berat' yang menyita waktu. Dan, tipikal pembaca seperti ini jumlahnya kini mendominasi. Tidak seperti era ketika saya masih SMA dulu di mana satu Tabolid BOLA bisa dibaca beramai-ramai bareng teman.

Pada akhirnya, bukannya ikut-ikutan dengan Pak Budiarto Shambazy dan Bung Hardimen Koto, tetapi memang saya bersedih atas kabar berpamitannya Tabloid BOLA. Saya merasa kehilangan salah satu "monumen jurnalisme olahraga" di tanah air". Dan, untuk semua yang telah diberikan BOLA selama ini, matur nuwun. Terima kasih BOLA ! Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun